Dari
sekian banyak peradaban besar yang berkembang dan surut di Anatolia kuno, kerajaan Lydia tidak termasuk dalam deretan
bangsa yang mempunyai peradaban tersohor. Bangsa Lydia menggunakan sebuah
bahasa Eropa dan hidup di Anatolia sesudah kira-kira tahun 2000 SM. Mereka
membentuk sebuah kerajaan mungil di bawah pemerintahan dinasti Mermnadae yang bermula pada abad ke-7
SM, tetapi pada puncak kejayaannya sekalipun kerajaan Lydia tidak lebih dari
sebuah negara-kota yang berkembang dari Sardis.
Raja-raja Lydia tidak diagungkan dalam mitos atau lagu-lagu sebagai: prajurit;
penakluk; dan pembangun besar (bahkan, sebagai pencinta pun tidak). Nama-nama
dinasti dan para raja Lydia, hanya diketahui berkat tablet Hittite dan buku-buku sejarawan Yunani Herodotus (tetapi Cuma satu nama
Lydia kuno yang banyak dikenal, yakni: Croesus). “Se-kaya Croesus”
adalah ungkapan dalam bahasa Inggris; Turki modern; dan bahasa-bahasa lain di
seluruh dunia.
Revolusi
Moneter
Peta Babylon |
Perubahan revolusioner yang saat ini
terjadi dalam tabiat dan kegunaan uang, merupakan mutasi besar ketiga pada
uang.
Generasi Pertama Uang, pada tahap
pertama ini dimulai dengan penemuan uang logam di Lydia kurang lebih 3000 tahun
lampau serta membuahkan sistem pasar terbuka dan bebas yang pertama. Penemuan
dan penyebaran koin berikut pasar yang menyertainya, menciptakan sebuah sistem
kultural yang sama sekali baru (peradaban klasik Mediterania). Sistem moneter
dan pasar baru tersebut selanjutnya menyebar ke seluruh dunia dan
perlahan-lahan menghancurkan imperium-imperium besar pemungutan upeti dalam
sejarah.
Generasi Kedua Uang, sedangkan
tahap kedua sudah mendominasi sejak permulaan Renaisans melalui revolusi
industri dan menghasilkan penciptaan sistem kapitalis dunia modern. Sistem ini
berawal di bank-bank Italia, kemudian lama kelamaan menciptakan sistem
perbankan nasional dan uang kertas yang mereka keluarkan untuk digunakan dalam
perdagangan sehari-hari. Penciptaan perbankan dan sistem uang kertas,
menghancurkan feodalisme; mengubah basis organisasi (dari pewarisan, ke uang);
juga mengubah basis kekuatan ekonomi (dari kepemilikan tanah, ke kepemilikan :
saham, obligasi, dan perusahaan).
Generasi Ketiga Uang, kini pada
pembukaan abad ke-21, dunia sedang memasuki tahap ketiga sejarah moneternya
(era uang elektronik dan ekonomi virtual). Kemunculan uang elektronik akan
menghasilkan berbagai perubahan dalam masyarakat yang sama radikal dan luasnya
dengan yang diciptakan oleh kedua revolusi moneter sebelumnya dalam zamannya
masing-masing. Uang baru ini akan mendatangkan perubahan menyeluruh dalam :
sistem politik; organisasi usaha dagang; dan dalam watak organisasi kelas. Uang
virtual menjanjikan versi peradabannya sendiri yang berbeda.
Raja Croesus dari Lydia
Beberapa abad berlalu, silih berganti
berbagai kerajaan muncul; berkembang; dan layu di sepanjang Pantai Ionia
dan sekitarnya. Masing-masing meninggalkan sesuatu yang dikemudian hari
diadopsi oleh kebudayaan para tetangga dan penerus mereka.
Dari sekian banyak peradaban besar yang
berkembang dan surut di Anatolia kuno, kerajaan Lydia tidak
termasuk dalam deretan bangsa yang mempunyai peradaban tersohor. Bangsa Lydia
menggunakan sebuah bahasa Eropa dan hidup di Anatolia sesudah kira-kira tahun
2000 SM. Mereka membentuk sebuah kerajaan mungil di bawah pemerintahan dinasti Mermnadae
yang bermula pada abad ke-7 SM, tetapi pada puncak kejayaannya sekalipun
kerajaan Lydia tidak lebih dari sebuah negara-kota yang berkembang dari Sardis.
Raja-raja Lydia tidak diagungkan dalam mitos atau lagu-lagu sebagai: prajurit;
penakluk; dan pembangun besar (bahkan, sebagai pencinta pun tidak). Nama-nama
dinasti dan para raja Lydia, hanya diketahui berkat tablet Hittite dan
buku-buku sejarawan Yunani Herodotus (tetapi Cuma satu nama Lydia kuno
yang banyak dikenal, yakni: Croesus). “Se-kaya Croesus” adalah ungkapan
dalam bahasa Inggris; Turki modern; dan bahasa-bahasa lain di seluruh dunia.
Croesus menduduki takhta Lydia pada 560
SM untuk memerintah kerajaan yang sudah kaya. Para pendahulunya sudah membangun
fondasi kokoh bagi kemakmuran kerajaan dengan memproduksi sebagian parfum dan
kosmetik terbaik di dunia kuno, tetapi barang-barang itu saja tidak bakalan
sanggup melambungkan Croesus ke jenjang kekayaan yang dilekatkan mitos kepada dirinya.
Untuk mencapai itu, ia mengandalkan penemuan lain para leluhurnya (yakni: koin,
sebuah bentuk uang yang baru dan revolusioner).
Sesuatu yang mirip uang dan sesuatu yang
menyerupai pasar dapat dijumpai di Mesopotamia; Cina; Mesir; dan banyak tempat
di belahan lain dunia, tetapi tak satu pun yang benar-benar menggunakan koin
sebelum munculnya Lydia dan pencetakan koin pertama antara 640 dan 630 SM.
Kejeniusan raja-raja Lydia terlihat dalam kesadaran mereka akan perlunya
batangan-batangan yang sangat kecil dan mudah diangkut yang nilainya tak lebih
dari beberapa hari kerja atau sebagian kecil dari panenan petani. Dengan
menciptakan batangan-batangan kecil dalam ukuran dan berat yang dibakukan
tersebut, dan dengan membubuhkan sebuah emblem pada batangan yang
mengukuhkan nilainya (bahkan bagi orang yang buta huruf pun), maka raja-raja
Lydia dengan cepat mengembangkan peluang-peluang bagi usaha perdagangan.
Koin Raja Croesus |
Bangsa Lydia membuat koin pertama dari elektrum
(campuran emas dan perak yang terjadi secara alamiah), mereka memotong-motong
elektrum menjadi bulatan-bulatan oval yang beberapa kali lebih tebal daripada
koin modern (atau kira-kira seukuran ruas akhir ibu jari orang dewasa). Guna
menjamin keautentikannya, raja memerintahkan tiap koin dicap dengan emblem kepala
singa. Pengecapan itu juga berfungsi meratakan bulatan, mengawali transisi
dari koin bungkal oval menjadi sekeping koin datar melingkar.
Dengan menjadikan bungkalan itu berbobot
sama (berukuran kurang lebih sama), raja melenyapkan salah satu langkah yang
paling memakan waktu dalam jual beli, yakni : keharusan menimbang emas setiap
kali transaksi dilakukan. Kini, pedagang dapat menaksir nilainya dari
keterangan yang diberikan atau cukup dengan menghitung jumlah koin.
Standardisasi demikian sangat membatasi peluang terjadinya kecurangan
menyangkut jumlah serta kualitas emas dan perak dalam jual beli. Orang tidak
perlu menjadi ahli dalam menangani timbangan atau dalam menilai kemurnian logam
untuk membeli sekeranjang gandum; sepasang sandal; atau satu amphora
minyak zaitun, karena mereka percaya dengan koin yang sudah ditimbang dan dicap
di bengkel kerajaan.
Semasa memerintah (560 – 546 SM),
Croesus menciptakan koin-koin yang baru dari emas dan perak (bukannya
elektrum). Menggunakan koin-koin yang baru diciptakan sebagai medium jual beli
yang dibakukan, dengan cepat memunculkan inovasi lain, yakni: pasar eceran.
Bangsa Lydia sudah menjadi bangsa pemilik toko, mereka mengubah dari sekadar
jual beli dan barter menjadi perdagangan yang sesungguhnya.
Perdagangan menciptakan kekayaan Croesus
yang mencengangkan, ia menggunakan limpahan kekayaannya untuk menaklukan hampir
semua kota-kota Yunani di Asia Kecil (termasuk Efesus yang
megah). Ambisi Croesus pun meluas, kali ini sasarannya adalah kerajaan besar,
yakni: menggempur Persia. Dalam peperangan dahsyat pada 547 – 546 SM,
raja Cyrus dari Persia dengan mudah menggilas Croesus dan lantas menuju
ibukota Lydia, Sardis.
Dengan ditaklukannya Lydia oleh raja
Cyrus, maka kekuasaan Croesus berakhir. Dinasti Mermnadea menemui ajalnya,
sedangkan kerajaan Lydia menghilang dari lembaran sejarah. Sekalipun kerajaan
Lydia tidak pernah bangkit lagi, namun pengaruhnya sangat luas bagi dunia.
Banyak bangsa tetangga yang mengadopsi dengan cepat praktik pembuatan koin
Lydia dan kemudian menyebarkan revolusi perdagangan di seluruh dunia
Mediterania (utamanya, di tetangga terdekat Lydia, yakni: Yunani).
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar