Komurindo
dan Kombat merupakan upaya untuk menciptakan ajang yang memancing kreativitas
generasi muda di bidang ilmu pengetahuan teknologi penerbangan dan antariksa. Kegiatan
ini menjadi acara tahunan setiap Agustus untuk memperingati lahirnya
Undang-Undang Keantariksaan dan merupakan hasil kerjasama LAPAN, Kementerian
Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi, serta Pemerintah Kabupaten Garut. Parapeserta
diharapkan menjadi pengembang keantariksaan dan dengan kompetisi ini akan
mendorong generasi muda memahami teknologi antariksa, satelit, dan roket, untuk
selanjutnya menjadi sebuah edukasi bagi publik, sehingga masyarakat mengerti
dan mendukung keantariksaan.
Komurindo
Kombat 2016
Komurindo –Kompetisi Muatan Roket dan Roket Indonesia adalah kompetisi tahunan
rancang bangun muatan roket dan roket EDF tingkat perguruan tinggi yang
diselenggarakan sejak tahun 2009. Dalam ajang ini, para-mahasiswa ditantang
untuk membangun suatu sistem monitoring dan pengukuran yang stabil, akurat, dan
presisi di bidang peroketan. Selain itu, mahasiswa juga belajar membangun roket
EDF (Electric-Ducted-Fan) –roket dengan
pendorong motor listrik. Kegiatan ini akan meningkatkan kemampuan mahasiswa
dalam rancang bangun serta pengujian roket dan muatannya. Kompetisi ini
sekaligus meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam teknologi penginderaan jauh
dan sistem otomasi robotika pada muatan roket. Dalam kegiatan ini, parapeserta
Komurindo meluncurkan muatan roket dan ditopang menggunakan roket yang telah
disediakan panitia. Muatan roket yang diluncurkan berisi satelit kecil yang
bisa merekam citra permukaan, ketinggian, suhu, serta indikator-indikator
lainnya. Roket diluncurkan menggunakan perangkatnya, sedangkan informasi atau
data yang ditangkap oleh muatan roketnya akan diterima melalui antena
masing-masing tim yang kemudian ditampilkan pada layar komputer. Sementara itu,
sejumlah tim lainnya meluncurkan roket EDF untuk dihitung jarak tempuhnya.
Parasiswa SMPN 2 Garut di depan Roket EDF, Santolo Pameungpeuk Garut. |
Kombat –Kompetisi Muatan Balon Atmosfer adalah kompetisi untuk mengamati
atmosfer dari permukaan bumi dengan menggunakan balon sonde atau radiosonde. Radiosonde
adalah sebuah peralatan yang digunakan
pada balon cuaca yang mengukur berbagai parameter atmosfer dan mengirimkan
mereka ke penerima tetap. Radiosonde dapat beroperasi pada frekuensi radio 403
MHz atau 1680 MHz dan kedua jenis tersebut dapat disesuaikan sedikit lebih tinggi
atau lebih rendah sebagaimana yang diperlukan. Sebuah Rawinsonde adalah Radiosonde
yang dirancang untuk hanya mengukur kecepatan dan arah angin. Rawinsonde
biasanya disebut juga sebagai Radiosonde. Balon sonde tersebut akan memberikan
informasi mengenai parameter-parameter atmosfer, seperti: tekanan udara, ketinggian,
posisi geografis (Bujur dan Lintang), temperatur, angin (baik kecepatan angin maupun
arah angin), dan kelembaban relatif. Observasi mengenai kondisi atmosfer ini
merupakan satu instrumen penting dalam berbagai berbagai penelitian di bidang
terkait cuaca dan iklim. Kompetisi Muatan Balon Atmosfer ini berlangsung sejak tahun
2014.
Parapeserta Komurindo dan Kombat mengikuti kejuaraan
tersebut di Lapangan Udara TNI AU serta Balai Produksi dan Pengujian Roket LAPAN
Pameungpeuk Garut.
Balon Atmosfer |
Radiosonde |
LAPAN
Lembaga Penerbangan dan Antariksa
Nasional (LAPAN) adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian Indonesia yang melaksanakan
tugas pemerintahan dibidang penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan
pemanfaatannya. Empat bidang utama LAPAN yakni: penginderaan jauh, teknologi dirgantara,
sains antariksa, dan kebijakan dirgantara. Pada 31 Mei 1962, atas arahan Presiden
RI Soekarno, dibentuk Panitia Austronautika oleh Perdana Menteri Ir. H. Juanda –selaku Ketua Dewan Penerbangan RI dan
R.J. Salatun –selaku Sekretaris Dewan
Penerbangan RI. Untuk mendukung langkah tersebut, pada 22 September 1962
dibentuklah Proyek Roket Ilmiah dan Militer Awal (PRIMA) afiliasi AURI dan Institut
Teknologi Bandung. Proyek PRIMA berhasil membuat dan meluncurkan dua roket seri
Kartika berikut telemetrinya pada tahun 1964.
Pada 27 November 1963, dibentuklah
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dengan Keputusan Presiden
(Keppres) Nomor 236 Tahun 1963 tentang LAPAN, untuk melembagakan
penyelenggaraan program-program pembangunan kedirgantaraan nasional. Dalam hal
penyempurnaan organisasi LAPAN, telah dikeluarkan beberapa Keppres, dengan yang
terkini yakni Keppres Nomor 9 Tahun 2004 tentang Lembaga Non-Kementerian.
LAPAN melalui Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer
melakukan aktivitas yang berhubungan dengan pemantauan atmosfer bumi. Aktivitas
tersebut, yakni: Pemantauan Iklim Bumi (curah hujan, suhu, dll.); Pemantauan
lapisan atmosfer bawah dan permukaan (polusi, hujan asam, dan gas rumah kaca); Pemantauan
lapisan atmosfer atas (lapisan ozon, radiasi matahari, dan aerosol pada
atmosfer); Pemantauan dampak perubahan iklim dan pemanasan global; serta Kegiatan
eksplorasi atmosfer.
Pusat Sains Antariksa melakukan kegiatan
yang berhubungan dengan aktivitas luar angkasa, seperti: Penelitian aktivitas
matahari sebagai sumber energi dan gangguan; Penelitian dan pengamatan orbit
satelit, gangguan, dan sampah antariksa; Penelitian dan pengamatan benda langit
dan benda lainnya di orbit rendah bumi; Penelitian medan magnet antariksa dan pemodelan
medan geomagnetik regional; Penelitian aktivitas ionosfer regional dan
pemanfaatan gelombang radio; serta Pengembangan instrumentasi dan basis data
antariksa.
LAPAN memiliki beberapa fasilitas
penting yang tersebar di seluruh Indonesia, untuk mendukung aktivitasnya.
Kantor pusat LAPAN terletak di Jalan Pemuda Persil Nomor 1, Rawamangun, Jakarta
Timur. Beberapa fasilitas LAPAN lainnya:
1.
Pusat
Uji Terbang Roket Pameungpeuk (Garut, Jawa Barat). Pameungpeuk merupakan lokasi
utama peluncuran roket-roket yang diujicobakan LAPAN. Di lokasi tersebut juga
terdapat Stasiun Pengamat Dirgantara.
2.
Pusat
Pengkajian Kebijakan dan Informasi Kedirgantaraan (Cikini,
Jakarta Pusat). Pusat ini berlokasi di Jalan Cisadane Nomor 25 Cikini, Jakarta
Pusat. Pusat ini terdiri dari bidang pengkajian kebijakan kedirgantaraan internasional,
bidang pengkajian kebijakan kedirgantaraan nasional, bidang pengkajian hukum
kedirgantaraan dan bidang sistem informasi kedirgantaraan.
3.
Pusat
Penginderaan Jauh Pekayon (Pasar Rebo, Jakarta Timur). Kantor Pekayon merupakan
kantor Deputi Bidang Penginderaan Jauh LAPAN. Selain itu juga sebagai Pusat
Data Inderaja, Pusat Pengembangan Teknologi dan Pemanfaatan Inderaja, dan Pusat
Kendali Satelit Cuaca dan Lingkungan LAPAN.
4.
Pusat
Antariksa Bandung (Bandung, Jawa Barat). Pusat Antariksa Bandung merupakan
kantor Deputi Sains Antariksa dan Dirgantara LAPAN, terdiri dari Pusat Sains
Antariksa dan Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer.
5.
Pusat
Teknologi Penerbangan & Roket Rumpin (Bogor, Jawa Barat)
6.
Pusat
Teknologi Satelit Rancabungur (Bogor, Jawa Barat). Rancabungur merupakan lokasi
perakitan satelit pasca-pengembangan LAPAN-TUBSAT. Di lokasi tersebut juga
terdapat Pusat Kendali Komunikasi Satelit LAPAN.
7.
Lapangan
Eksperimen Tenaga Angin Bulakbaru (Jepara, Jawa Tengah)
8.
Loka
Pengamatan Dirgantara Sumedang (Sumedang, Jawa Barat). Diresmikan pada 1975,
LPD Tanjungsari melakukan aktifitas pengamatan matahari dan ionosfer. Instalasi
yang terdapat di LPD Tanjungsari yakni Teleskop NGT 18 inci, Teleskop Celestron
8 inci, Spektrograf Radio SN 4000, Automatic Weather Station, dan Total Electro
Content Meter.
9.
Balai
Pengamatan Bumi Watukosek (Surabaya, Jawa Timur) Diresmikan pada 1983, BPD
Watukosek melaksanakan kegiatan pengamatan atmosfer, klimatologi, dan aktivitas
matahari. Instalasi yang terdapat pada BPD Watukosek antara lain BREWER
Spectrometer, DASIBI Land Ozon Monitor, Teleskop Matahari H-alpha, Teleskop
Sunspot, dan Balon Stratosfer.
10.
Loka
Pengamatan Dirgantara Kototabang (Padang, Sumatera Barat). Diresmikan pada
tahun 2001, SPD Kototabang berada pada ketinggian 900 m diatas permukaan laut (dpl).
Lokasi ini memiliki beberapa antena untuk pengamatan atmosfer, seperti Radar
Atmosfer Ekuatorial (EAR) berfrekuensi 27 MHz, Radiometer, Optical Rain
Gauge, X-band Rain Radar, Desdrometer, Celilometer, dan VSAT.
11.
Balai
Pengamatan Dirgantara Pontianak (Pontianak, Kalimantan Barat). Diresmikan pada
9 Januari 1986, BPD Pontianak melakukan aktifitas pengamatan atmosfer dan
antariksa dengan menggunakan beberapa instalasi penting. Aktifitas tersebut
antara lain: Pengamatan ionosfer, dengan instalasi: Ionosonde/CADI, TEC,
WinRadio, dan Komrad HF; Pengamatan atmosfer atas, dengan instalasi MF-Radar; Penelitian
medan magnet bumi, dengan instalasi MAGDAS-9; Penelitian meteor, dengan
instalasi: AWS, M-AWS, dan WPR; serta Penelitian Kimia Atmosfer, dengan
instalasi: Ozon Monitor dan CO2 Monitor.
12.
Balai
Penginderaan Jauh Parepare (Parepare, Sulawesi Selatan). BPD Parepare beraktivitas
dalam lingkup Klimatologi dan Inderaja. BPD ini bertugas sebagai Pusat Kendali
Satelit Inderaja LAPAN.
13.
Stasiun
Pengamat Dirgantara Manado (Manado, Sulawesi Utara). SPD Manado merupakan
stasiun pengamat cuaca atmosfer dengan kerjasama antara LAPAN dengan BMKG.
14.
Stasiun
Pengamat Dirgantara Kupang (Kupang, Nusa Tenggara Timur)
15.
Balai
Penjejakan dan Kendali Wahana Antariksa Biak (Biak, Papua). BPD Biak merupakan
fasilitas LAPAN yang terdiri dari: Stasiun Pengamatan Klimatologi, Pusat
Kendali Satelit Cuaca dan Lingkungan, Pusat Kendali Telemetri, Penjelajahan,
dan Kontrol Wahana Antariksa (ISRO-LAPAN)
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar