Garut,
merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang kaya akan sumber
daya genetik tanaman dan mempunyai keunggulan spesifik. Salah satu plasma
nutfah tanaman yang dapat dijumpai di Kabupaten Garut, adalah: Buah Kesemek.
Kesemek bisa dikatakan sebagai buah yang paling genit dan suka berbedak,
gara-gara kulit buahnya ditempeli serbuk putih. Selain itu, lantaran bentuknya
mirip apel, maka di Garut, Kesemek mendapatkan julukan sebagai: Apel Cikajang.
Padahal, di balik itu semua, buah Kesemek merupakan salah satu alternatif alami
untuk mendapatkan tubuh sehat dan bugar. Karena, buah ini memiliki kandungan
nutrisi yang tidak kalah hebatnya dengan buah apel.
Kesemek, buah geulis. |
Kesemek,
Buah Berbedak
Buah Kesemek atau buah Kaki –nama ilmiahnya: Diospyros kaki L.f.
merupakan salah satu tanaman buah klasik yang berasal dari Cina. Kaki, dalam bahasa
Jepang, adalah nama zat tanin yang dihasilkan buah ini. Dalam bahasa Inggris,
Kesemek ini disebut juga sebagai The Oriental (Chinese/Japanese) Persimmon. Sedangkan di Israel, buah ini
dikenal dengan nama: Sharon fruit. Dari negeri asalnya, buah Shi –dalam bahasa Cina ini diintroduksikan ke
berbagai negara pada awal abad 19 atau sekitar tahun 1800-an, antara lain ke
Korea dan Jepang bahkan sampai ke negara Itali, Israel, Amerika Serikat (California)
dan Brazil. Di Jawa Barat –utamanya di
Kecamatan Cikajang dan Cisurupan, Kabupaten Garut, diperkirakan Kesemek
telah ditanam di daerah ini sejak tahun 1902. Di dua kecamatan ini, pertanaman
Kesemek tumbuh pada lahan kering dengan kelerengan lahan 0-40%.
Tanaman ini, pertumbuhannya lambat –mulai berbuah pada umur 8-12 tahun. Pada
saat tanaman masih muda berbentuk semak, namun setelah tanaman dewasa akan
tumbuh menjadi tanaman yang berbatang banyak –multitrunked/ dioesis (dioecious,
berumah dua) atau berbatang tunggal –single-stemmed/monoesis.
Kesemek, merupakan jenis tanaman yang menggugurkan daun/berganti daun –deciduous tree dengan tinggi tanaman
sampai dengan 15 meter. Diameter batang tanaman dewasa 7,5 – 25,0 cm, dengan
kulit batang yang halus. Percabangan, agak rapuh –regas dan mudah rusak –akibat
angin kencang. Kesemek yang matang, berwarna antara jingga kekuningan
sampai kemerahan dan berdiameter antara 2-8 cm. Jarak tanam populasi tanaman
Kesemek, beragam, yakni: pada lahan dengan kelerengan landai (0-10%) antara 6-8
x 2-5 meter, sedangkan pada lahan dengan kelerengan agak curam sampai dengan
curam (15-40%) antara 6-10 x 4-6 meter. Pada lahan sekitar pemukiman penduduk,
tanaman Kesemek hanya dipertahankan di tepi lahan yang berfungsi pula sebagai
pagar pembatas pekarangan.
Walaupun tanaman Kesemek berasal dari daerah
subtropis –yakni: Cina, namun demikian, tanaman ini mampu
beradaptasi dengan baik pada kisaran iklim yang memiliki suhu sedang –termasuk wilayah dataran tinggi yang berada
di daerah tropis seperti di Kecamatan Cikajang, Bayongbong, dan Cisurupan,
Kabupaten Garut, Jawa Barat. Pertumbuhan tanaman, akan lebih baik pada wilayah
dataran tinggi dengan ketinggian lebih dari 1.000 m di atas permukaan laut –seperti di Kecamatan Cikajang (1.300 m dpl)
dan di Kecamatan Cisurupan (1.250 m dpl). Tanaman Kesemek memiliki
toleransi terhadap kisaran kondisi jenis tanah, namun demikian, tanaman ini
akan mampu tumbuh dan memperoleh hasil yang baik pada jenis tanah yang memiliki
drainase yang baik dan dengan solum tanah dalam, tanah tidak terlalu berat,
dengan pH tanah yang optimal adalah antara 5,5-6,5. Siklus pertumbuhan tanaman
Kesemek pada setiap tahunnya dapat dibedakan berdasarkan pada beberapa fase, antara
lain: fase gugur daun; fase pertunasan; fase pembungaan; fase pembentukan bakal
buah dan buah; serta fase pemasakan/penuaan buah –antara satu fase dengan fase lainnya, ada yang terlihat dengan jelas
namun ada pula yang tidak jelas.
Berdasarkan beberapa sifat morfologi pembeda,
diketahui bahwa, terdapat dua kultivar tanaman Kesemek yang berkembang di daerah
Garut, yakni: Kultivar Reundeu dan Kapas –berdasarkan
sebutan daerah setempat. Sedangkan menurut paraahli, yang disebut kultivar “Reundeu”
adalah kultivar “Eureka”, sedangkan yang disebut kultivar “Kapas” adalah kultivar
“Hachiya”. Karakteristik kultivar Reundeu atau Eureka, antara lain: umumnya memiliki
bentuk buah sedang-besar dengan bentuk persegi; terdapat kerutan di sekitar calyx
–seludang/pangkal buah; warna kulit
buah oranye; tekstur daging buah agak padat dan kering; warna daging buah
kuning-oranye; fase pemasakan buah agak lama dibandingkan dengan kultivar Kapas
atau Hachiya; pertumbuhan tanaman lambat; daun gugur hampir sekaligus/serentak.
Sementara itu, karakteristik kultivar Kapas atau Hachiya, antara lain: umumnya
memiliki ukuran buah besar dengan bentuk conical; kulit buah halus dan
mengkilap berwarna oranye-tua sampai merah; warna daging buah kuning-tua;
tekstur daging buah lunak (basah); rasa lebih manis dari kultivar Reundeu atau
Eureka. Selain itu, Kesemek dapat diklasifikasikan kedalam dua tipe (kategori)
umum, yaitu: tipe Astrinjen –Astringent
Variety dan Nonastrinjen –Nonastringent
Variety. Tipe Astrinjen –yang dibudidayakan
di Garut, adalah tipe buah yang tidak dapat langsung dikonsumsi karena
terdapat kandungan tanin yang tinggi –yang
dicirikan dengan rasa kesat. Untuk dapat dikonsumsi langsung dalam bentuk
buah segar, buah tipe Astrinjen ini memerlukan perlakuan pemeraman atau diolesi
dengan air kapur –agar rasa sepatnya
hilang. Perendaman di dalam larutan kapur yang dilakukan di dalam bak-bak perendaman
pada konsentrasi larutan kapur (CaCo3) 12,5-15,0 g/liter air, dengan
lama perendaman 3-5 hari –tergantung pada
suhu udara lingkungan sekitarnya. Apabila suhu udara lingkungan, relatif
rendah, maka waktu perendaman 4-5 hari, dan apabila suhu udara lingkungan
relatif tinggi waktu perendaman 3-4 hari. Setelah perlakuan perendaman buah
pada larutan kapur, bobot buah akan menyusut 15-25%. Tipe Astrinjen dapat diproses
menjadi bentuk olahan kering atau diolah menjadi: sale/manisan; agar-agar; dan es
krim.
Perbanyakan tanaman Kesemek tipe
Astrinjen ini, dilakukan dengan menggunakan tunas akar yang keluar dari bagian bawah
tanaman induknya. Cara petani di Kabupaten Garut dalam perbanyakan tanaman
Kesemek ini, dilakukan dengan dua cara, yakni: Cara langsung, dilakukan dengan
penanaman kembali tunas akar yang dipotong dari induknya sesegera mungkin
setelah pemotongan. Sedangkan Cara Tidak Langsung, dilakukan dengan memindahkan
terlebih dahulu tunas akar yang telah dipotong ke dalam kantong plastik berisi
tanah –polybag, dan setelah bibit
agak besar, baru ditanamkan.
Tanaman Kesemek berbuah dan dapat dipanen
hanya sekali dalam setahun, yakni: pada umur 7-8 bulan sejak pembungaan dan pertunasan
(pasca fase gugur daun). Panen buah pada tanaman Kesemek, dilakukan secara tradisional
dengan cara memanjat pohon dan memetik buahnya. Buah yang dipanen adalah buah
yang sudah cukup masak, dengan tingkat kemasakan 80 persen, yang dicirikan
dengan warna buah telah berwarna kuning muda dan di sekitar pangkal buah
berwarna kuning tua. Buah dipetik berikut tangkai buah dan seludangnya –calyx yang masih tetap melekat kuat pada
pangkal buah.
Manfaat
Buah Kesemek
Terdapat banyak zat kimia hebat dalam
buah Kesemek, diantaranya: terdapat senyawa-senyawa antioksidan yang selain
berkhasiat untuk mencegah kanker, juga dapat menghambat proses penuaan dini.
Mengkonsumsi satu butir Kesemek tiap harinya juga sudah terbukti dapat membantu
mencegah pengerasan pembuluh darah. Ini karena Kesemek mampu menjaga tekanan
darah agar tidak melewati ambang batas normal. Dengan terpeliharanya kelenturan
pembuluh darah dan stabilnya tekanan darah, secara tidak langsung kesehatan
jantung manusia juga akan terpelihara. Buah Kesemek yang muda mengandung zat
tanin –tanin-kaki, yang
menimbulkan rasa sepat pada buah, zat ini akan berkurang bersama dengan
masaknya buah. Tanin-kaki dimanfaatkan untuk mengawetkan berbagai kerajinan
tangan, membantu produksi arak beras –di
Jepang, serta bahan pengobatan penyakit hipertensi.
Adapaun beberapa khasiat dari buah Kesemek
yang biasa dimanfaatkan masyarakat di wilayah sentra produksi Kesemek di Kabupaten
Garut, adalah: (1) Daun: digunakan juga sebagai obat sakit perut (buang-buang air),
penggunaannya dengan cara dikunyah beberapa saat dan kemudian ditelan; (2)
Tangkai buah –Cupat: dipercaya dapat digunakan
sebagai obat penurun panas dan meredakan demam, dengan cara: tangkai buah berikut
seludangnya dipisahkan dari daging buah, lalu dikeringkan, setelah kering
direndam dalam air panas, tunggu hingga air rendaman menjadi hangat dan diminumkan
kepada penderita; dan (3) Daging buah: selain mengandung vitamin A, juga dapat
dimanfaatkan untuk mengobati keracunan makanan, sebagai penetralisir racun dalam
tubuh, dengan cara memakan daging buah yang telah masak di pohon.
Penutup
Produktivitas hasil buah Kesemek dan
pendapatan petani pada sentra produksi di Kabupaten Garut, masih memiliki
peluang untuk ditingkatkan melalui intensifikasi, seperti: pemeliharaan; pemupukan;
proteksi tanaman; dan rehabilitasi pertanaman. Hal ini diperlukan, mengingat
umur pertanaman yang rata-rata sudah relatif tua, sehingga perlu upaya rehabilitasi,
serta mengingat replanting tanaman terutama pada lahan-lahan yang berada pada
topografi lahan bergelombang, berbukit/berlereng, sampai bergunung. Usaha
budidaya Kesemek di Kabupaten Garut sampai saat ini, masih dikelola secara
tradisional pada skala kecil di lereng perbukitan dan pekarangan rumah. Budidaya
tanaman Kesemek, masih dilakukan secara monokultur maupun tumpangsari dengan
jenis tanaman sayuran lainnya. Penurunan populasi tanaman Kesemek terjadi
akibat petani mengganti tanaman Kesemek dengan tanaman sayuran berumur agak panjang
lainnya –kentang, kubis, dan buncis. Bahkan
pada saat tanaman Kesemek memasuki fase gugur daun –sekitar akhir bulan Juli sampai dengan bulan September (selama 1-2
bulan), umumnya petani memanfaatkan lahan dibawahnya yang terbuka untuk
ditanami oleh tanaman sayuran berumur pendek, seperti: selada dan jagung manis.
Masalah yang dihadapi petani adalah kurangnya pengetahuan teknik budidaya dan
pascapanen, sedangkan permasalahan yang dihadapi oleh pedagang dan pengrajin
industri pengolahan adalah kebutuhan inovasi teknologi tentang alat dan teknik
proses serta introduksi diversifikasi produk olahan buah kesemek.
Mengingat nilai gizi dan potensi ekonomi
yang dimiliki buah Kesemek serta adanya ancaman kepunahan akibat konversi tanaman
serta konversi penggunaan lahan, maka perlu adanya upaya serta langkah kongkrit
yang didukung melalui kebijakan pemerintah dalam rangka melestarikan tanaman tersebut,
khususnya di Kabupaten Garut. Dengan demikian, Kesemek sebagai salah satu aset
sumber daya genetik setempat yang terancam kepunahan akibat terdesak oleh
budidaya tanaman sayuran yang lebih bernilai ekonomis maupun terdesak oleh perubahan
tata-guna lahan, dapat dihindari.
***