...
bulan jumadi awal kawit nulis, silih mulud kawit nulis, jumadil awal tamat na,
tanggal dua belas, malem saptu jam na satengah dalapan, tapi aksarana teuing ku
awon ngan sing bujangga baé, pameget istri reungeukeun ku sadayana...
Naskah
Wawacan Samaun
Ditinjau berdasarkan nilai-nilai ajaran
Islam, naskah-naskah Sunda yang muncul dalam pustaka-pustaka pesantren dapat digolongkan
ke dalam kategori naskah dasar, naskah tentang dawah, dan bahkan ada naskah
yang dikategorikan ke dalam naskah yang mengandung nilai-nilai pra-Islam. Ada beberapa
tokoh lakon “bukan Nusantara” yang pada umumnya bergerak di sebuah daerah dunia
Arab yang samar-samar. Naskah tersebut meriwayatkan tokoh-tokoh yang berasal
dari dunia Arab –baik fiktif maupun nyata,
dan cukup digemari oleh kalangan masyarakat yang dikenal sebagai literatur pesantren.
Naskah-naskah demikian dikenal dengan judul-judul: Wawacan Ahmad Muhamad,
Wawacan Amir Hamzah, Wawacan Umarmaya, Wawacan Jayéngrana, Wawacan Samaun,
Wawacan Prabu Rara Déwi, Wawacan Sajarah Mekah, Wawacan Lukmanul Hakim, Wawacan
Durahman Durahim, Wawacan Aladin, Wawacan Istambul-Mesir, Wawacan Ménak Rengganis,
Wawacan Padmasari, Wawacan Raja Saul jeung Raja Daud, Wawacan Bental Jemur,
Wawacan Lokayanti, Wawacan Abunawas, Wawacan Danumaya, Wawacan Said Saman,
Wawacan Bin Éntam, dan Wawacan Siti Armilah.
Teks-teks naskah ini, umumnya meriwayatkan
para tokoh yang dianggap suci –hagiografi
dan dapat dianggap hampir sederajat dengan para Ambiya. Tokoh-tokohnya
dijadikan teladan sebagai pahlawan perjuangan dalam peperangan melawan kaum
kafir, dan mereka senantiasa berpegang teguh kepada asma Allah atas kebesaran
dan kekuatannya dalam jihad fi sabilillah. Peranan mereka sangat besar dalam
membantu menegakkan Islam pada masa awal Nabi Muhammad menerima wahyu –walaupun pada kenyataannya masih dianggap
sebagai tokoh mitos, yang belum tentu dapat dibuktikan secara historis, namun
demikian, mereka dilibatkan dalam rangkaian cerita sebagai tokoh pelaku yang memainkan
peran sangat menonjol dalam upaya penyebaran agama Islam.
Pupuh
dalam Wawacan Samaun
Naskah ini berjudul Wawacan Samaun –sebagaimana tercatat pada lembar halaman
empat. Teks naskah berbahasa Sunda dan beraksara Pegon, dengan bentuk penyajian
karangan puisi bermetrum pupuh –kemungkinan
besar merupakan naskah salinan abad ke-20. Bahan naskah, kertas bergaris –ukuran buku tulis standar dengan ketebalan
68 halaman.
Kondisi fisik, kertas bergaris warna
kecoklatan –namun masih tidak terlalu
sulit dibaca. Penjilidannya tidak ketat sehingga ada beberapa lembar yang
hampir lepas –halaman 65-68, benang atau
tali pengikat yang digunakan berupa tali yang biasa dipakai untuk membuat tikar.
Tinta pada halaman 1-5 tinta berwarna hijau, halaman 1 dengan pensil, sedangkan
halaman 5-68 menggunakan tinta berwarna biru tua. Pada dasarnya warna tulisan masih
terang dan dapat terlihat dengan jelas –karena
ukuran aksara yang lumayan besar. Kemungkinan karena naskahnya tidak pernah
dibuka, sehingga warna tintanya tembus. Naskah ini sudah tidak memiliki sampul,
kemungkinan karena terlepas, robek, atau memang tidak ada. Teks digubah dalam
bentuk pupuh, di antaranya: Asmarandana, Mijil, Durma, Sinom, Magatru, Kinanti,
Pucung, Sinom, dan lain-lain.
Secara singkat, teks naskah ini
menceritakan tentang riwayat singkat masuk Islamnya Ki Halid dan Siti Hunah
istrinya –semenjak mereka mempunyai anak
laki-laki yang bernama Samaun. Pada awalnya, orangtua Samaun selalu menyembah
berhala dan tidak percaya dengan adanya
Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Dengan lahirnya Samaun –bayi yang baru lahir tapi sudah bisa berbicara dan cerdas, mampu
menyebarkan agama Islam pada kedua orangtuanya dengan mengucapkan dua kalimat
Syahadat.
Putri Raja Kobti negara Su’ara –yaitu Siti Mariah ingin dinikahi oleh
kangjeng Rosul, lalu dia mengutus Ki Barid untuk mengantarkan surat ke Madinah
ke hadapan Nabi. Nabi pun kemudian berempug dengan para sahabatnya dan istrinya
–Siti Aisyah. Mereka pun menyetujui
Nabi menikahi Siti Mariah, karena Siti Mariah sangat mencintai Nabi dan mau mengikuti
agama Nabi.
Kemudian Nabi mengutus balad Ansor dan
Muhajirin, untuk mengirimkan surat balasannya. Namun, kedatangan mereka ke
negara Su’ara tidak disambut dengan hangat, malah dicaci maki dan
menjelek-jelekkan Nabi. Dari situlah mulai terjadi konflik peperangan antara
Raja negara Su’ara yang dipimpin oleh Raja Kobti melawan Samaun –sahabat Nabi. Samaun pergi bersama 3.003
prajurit, sangat sedikit apabila dibandingkan dengan pasukan negara Su’ara yang
berlipat-lipat. Walaupun begitu, Samaun dan pasukannya dapat mengalahkan
pasukan negara Su’ara dan seluruh musuhnya takluk kepada Nabi. Banyak orang
kafir yang mengikuti agama Nabi dan mengucapkan dua kalimah Syahadat, begitu
pula dengan Siti Mariah. Dalam pertempuran itu badan Samaun banyak yang rusak
tapi pulih kembali tak berbekas.
Wawacan
Samaun
Ki
Halid di negeri Mekah beristrikan Nyi Siti Huna. Mereka masih menyembah
berhala. Karena putranya yang sembilan orang itu perempuan semua, mereka selalu
berdoa agar dikarunia anak laki-laki. Permohonan kedua orang suami istri itu
dikabulkan, maka lahirlah seorang anak laki-laki yang diberi nama Samaun.
Begitu anak itu dilahirkan, kemudian berlari ke luar rumah dan bersujud kepada
Allah sambil mengucapkan kalimat syahadat. Nyi Siti Huna sangat terkejut,
apalagi ketika disuruh menyusu tidak mau bahkan berkata tidak mau menyusu
karena ibunya seorang kafir. Demi kebahagiaan anaknya, kemudian Siti Huna masuk
Islam dan mengucapkan syahadat.
Di
tempat tidur, Samaun selalu bercakap-cakap dengan ibunya. Ki Halid melihat
kenyataan bahwa anaknya baru tiga hari sudah dapat berbicara dan meminta agar
ayahnya masuk Islam, maka Ki Halid pun masuk Islam dan mengucapkan syahadat.
Nabi
Muhammad mendengar ada anak yang baru dilahirkan sudah dapat berbicara dan kedua
orangtuanya sudah masuk Islam, berkenan pergi malayat. Samaun dipangku dan
diciumi oleh Nabi Muhammad.
Abu
Jahal mendengar Nabi Muhamad telah melayat keluarga Ki Halid, berkenan pula
pergi menengok Samaun. Akan tetapi baru saja Abu Jahal masuk di pekarangan,
Samaun berteriak-teriak mengancam sehingga Abu Jahal lari pontang-panting. Atas
kelakuan Samaun semacam itu, menimbulkan kemarahan Abu Jahal. Patih Surakah
diminta tolong oleh Abu Jahal agar Nabi Muhammad dan Samaun diusir dari Mekah.
Ketika diadakan pembicaraan bagaimana caranya megusir Samaun, ternyata tidak
ada yang sanggup. Oleh karena itu, Abu Jahal meminta bantuan kepada Kin Wan
raja di negeri Iskandar.
Sebelum
Kin Wan datang melapor Abu Jahal akan menangkap Samaun, dilewatinya rumah
Samaun itu. Kin Wan terpancing pertengkaran mulut dengan Samaun sehingga
kemudian berkelahi dan Kin Wan terbunuh. Rakyat Mekah geger menyaksikan Kin Wan
terbunuh itu. Abu Jahal bertambah marah. Dikumpulkannya tentara dan dikepungnya
rumah Samaun. Akan tetapi, setiap orang yang akan menangkap Samaun selalu mati
terbunuh.
Samaun
pada suatu ketika bertemu dengan Abu Jahal di pasar. Terjadilah percakapan yang
tidak mengenakan Abu Jahal, apalagi setelah Samaun meminta Abu Jahal agar
puterinya diberikan untuk dijadikan istri. Samaun masuk ke rumah Abu Jahal. Di
rumah Abu Jahal, Samaun menjumpai dua orang wanita dan satu diantaranya adalah
puteri Abu Jahal. Kedua orang wanita itu kemudian masuk Islam dan dibawa ke
rumah Samaun. Abu Jahal bukan main berangnya, tetapi ia bingung pula memikirkan
bagaimana cara mengusir Samaun dan Nabi Muhammad.
Tersebutlah
di negeri Suara yang dirajai oleh Kobti mempunyai seorang puteri bernama Siti
Mariyah. Walaupun sudah dilamar oleh banyak raja, tetapi selalu ditolak oleh
ayahnya. Tanpa sepengetahuan ayahnya, Siti Mariyah menyuruh orang untuk datang
kepada nabi Muhammad. Siti Maryah meminta Nabi Muhammad agar datang melamarnya.
Mula-mula Nabi Muhammad bingung, tetapi setelah mendapat restu Siti Aisah
istrinya, dan pula setelah mendapat wahyu, maka berangkatlah Nabi Muhammad
beserta pengikut-pengikutnya ke negeri Suara. Raja Suara tidak senang atas
kedatangan Nabi Muhammad itu dan terjadilah peperangan.
Peperangan
antara balatentara Kobti dari negeri Suara dan tentara Nabi Muhammad
dimenangkan oleh tentara Nabi Muhammad walaupun jumlah tentara Kobti jauh lebih
banyak. Samaun dalam peperangan ini sangatlah besar jasanya, bahkan Siti
Mariyah puteri raja Kobti pun dapat dibawa lari oleh Samaun, yang kemusian
diserahkan kepada Nabi Muhammad. Raja Kobti berikut para pengawalnya mati
terbunuh oleh Ali, sahabat nabi.
Para
prajurit Kobti yang masih hidup bersama-sama Siti Mariyah kemudian masuk Islam.
Seluruh harta kekayaan negeri Kobti dibawa ke negeri Mekah dan diperlakukan
sebagai barang gonimah.
Wawacan
Ahmad Muhamad
Raja
Jenur yang beristrikan Dewi Kosasih mempunyai dua orang anak bernama Muhamad
dan Ahmad. Sejak kecil kedua orang anak itu sudah ditinggal mati oleh ayahnya.
Raja Jemur meninggalkan seekor burung perkutut yang bertuah. Menurut ramalan,
barangsiapa dapat memakan kepala burung tersebut, kelak akan menjadi seorang
senapati, dan yang dapat memakan badan burung tersebut kelak akan menjadi
seorang raja. Ramalan tentang tuah burung perkutut itu terimpikan oleh seorang
nakhoda dari negeri Habsi.
Nakhoda
yang pernah mimpi tentang tuah burung perkutut kepunyaan Muhamad dan Ahmad,
berusaha keras agar supaya memperolehnya. Ketika Muhamad dan Ahmad pergi mesantren, burung perkutut ditinggal
di rumah bersama Dewi Kosasih. Nakhoda berhasil membujuk Dewi Kosasih sehingga
kemudian burung perkutut itu oleh nakhoda disembelih dan dibakar. Akan tetapi
ketika burung itu sedang dibakar dan akan dimakan, secara mendadak munculah
Muhamad dan Ahmad. Direbutnya daging burung itu dari tangan nakhoda. Kepala
burung dapat dimakan oleh Ahmad, sedangkan badan burung dapat dimakan oleh
Muhamad. Setelah kedua orang anak itu memakan burung perkutut, maka serta merta
mereka menjadi orang yang gagah berani. Kemudian mereka pergi berpetualang ke
hutan.
Tersebutlah
di kerajaan Mesir sedang diadakan sayembara pemilihan raja. Berdasarkan
musyawarah, gajah putih yang berhak menentukan siapa yang akan menjadi raja
Mesir. Dilepaskanlah gajah putih ke hutan oleh Baginda Benara.
Di
tengah hutan Muhamad merasa dahaga. Disuruhnya Ahmad mencari air. Sementara itu
Muhamad menunggu dan tertidur di bawah pohon. Ketika Muhamad sedang tidur,
datanglah gajah putih. Oleh gajah putih, Muhamad diambil dan dibawa ke Mesir.
Muhamad diangkat menjadi raja Mesir.
Setibanya
Ahmad di tempat Muhamad yang menunggu di bawah pohon terkejut melihat Muhamad
tidak ada. Ahmad pergi berusaha mencari kakaknya yang dianggapnya telah hilang.
Tibalah Ahmad di sebuah negeri. Di sini Ahmad berdiam pada seorang janda dan di
sini pula Ahmad berjumpa dengan Siti Bagdad yaitu seorang putri yang dicalonkan
menjadi prameswari Muhamad dari Mesir.
Karena
perkenalan Ahmad dengan Siti Bagdad menjadi akrab, Siti Bagdad berhasil mencuri
azimat kepunyaan Ahmad. Atas perintah Siti Bagdad, Ahmad dibuang oleh para algojo
kerajaan ke sebuah sungai.
Di
perjalanan dalam pembuangan, Ahmad bertemu dengan raja jin, yaitu yang pernah
mencuri sangkar burung perkutut tempo dulu. Oleh raja jin, Ahmad diberi tiga
buah azimat yang berkhasiat sakti mandraguna. Setelah memperoleh azimat
tersebut, Ahmad segera pergi kembali ke negeri Mesir dengan tujuan akan merebut
kembali azimat yang pernah dicuri oleh Siti Bagdad. Dalam waktu yang relatif
singkat, azimat itu dapat dimiliki kembali.
Siti
Bagdad diculik oleh utusan raja Habsyi. Penculikan dapat digagalkan oleh Ahmad.
Demikian pula pada penculikkan yang kedua kalinya oleh raksasa, dapat ditolong
oleh Ahmad. Rupanya jodoh sudah menjadi suratan tangan Ahmad. Walaupun Ahmad
sudah beristri Dewi Soja, Putri Nabi Sulaiman, Ahmad kawin lagi dengan Siti
Bagdad.
Raja
Habsyi yang dikalahkan oleh Ahmad tatkala menculik Siti Bagdad mempunyai putri
yang cantik bernama Ratna Komala. Putri ini ternyata kemudian menjadi istri
Muhamad raja Mesir. Setelah peristiwa inilah Ahmad dapat bertemu kembali dengan
Muhamad, kakaknya yang telah menjadi raja Mesir. Kemudian Ahmad oleh Muhamad
dijadikan senapati di kerajaan Mesir.
Wawacan
Umar Maya
Semasa
para khalifah memerintah dan menyebarkan agama Islam di tanah Arab, alkisah
adalah seorang pahlawan Arab yang gagah berani dan tangguh dan bermain senjata
perang, bernama Umar Maya. Ia memiliki kesaktian sehingga namanya terkenal ke
seluruh penjuru negara-negara yang sudah memeluk agama Islam. Negara-negara
yang belum takluk, merasa gentar akan kesaktian pahlawan Islam tersebut. Banyak
diantaranya negara yang sudah takluk sebelum berperang, tetapi ada juga yang
ingin mencoba dapat berhadapan dengan Umar Maya.
Adapun
rahasia kesaktian Umar Maya itu terletak pada endong (kantung yang terbuat dari
kain). Oleh karena itu, kantung endong tersebut tidak pernah lepas dari
badannya, kemana pun dia pergi, endong selalu lekat di badannya, baik mandi
sekalipun. Berkat kesaktian dan khasiat endongnya ini, kerajaan Arab makin lama
makin luas saja. Akibatnya makin banyaklah negara yang mengabdi kepada negara
Arab yang mengakibatkan upeti datang melimpah ruah setiap tahun. Dengan
demikian kerajaan Arab pun makin makmur dan kaya raya.
Tersebutlah
ada sebuah kerajaan yang belum takluk, negara ini sudah lama menunggu
kesempatan untuk menyerang kerajaan Arab, karena ia telah mengetahui rahasia
Umar Maya, yaitu terletak pada kantungnya. Untuk mengalahkannya, satu-satunya
cara dengan mencuri endong kepunyaan Umar Maya. Berkat kecerdikan mata-mata
yang dikirim ke negara Arab, raja berhasil mencuri kantung Umar Maya. Alangkah
gegernya kerajaan dan rakyat Arab, ketika tersiar kabar bahwa kantung azimat
hilang. Tetapi lama-lama terciumlah berita bahwa pencurinya itu dari kerajaan
Wajesi.
Negara
Arab dengan mendapat bantuan negara-negara yang telah takluk, menyerang negara
Wajesi. Peperangan ini sangat dahsyar, karena betapa gigihnya perlawanan
balatentara Arab, tetapi karena musuh memiliki endong Umar Maya, musuh sukar
dikalahkan. Umar Maya yang berjuang mati-matian untuk mendapatkan kembali endong
wasiatnya, beberapa kali terancam jiwanya. Akan tetapi, karena keberanian
balatentara Islam yang pantang mundur dan dibekali keimanan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, akhirnya raja Wajesi menyatakan takluk. Akhirnya semua penduduk
kerajaan Wajesi masuk Islam. Umar Maya dapat memiliki kembali endong wasiatnya,
yang pernah jatuh ke tangan musuh.
Wawacan
Ogin Amar Sakti
Baginda
Ma’ruf raja kerajaan Madusari adalah putera Bagenda Hamzah, cucu nabi Yusuf,
mempunyai dua orang istri. Istri pertama bernama Nurhayat, sedang istri kedua
bernama Lasmaya. Bagenda Ma’ruf dari Nurhayat mempunyai dua anak tiri bernama
Pangeran Sabang dan Raden Saka. Lasmaya sendiri adalah keturunan Wiku Bagawan
Madali.
Bagenda
Ma’ruf pergi berburu ke hutan. Lasmaya yang sedang hamil tua ditinggalkan
bersama Nurhayat. Ketika Lasmaya melahirkan, Nurhayat menyuruh dukun beranak
agar mata Lasmaya ditutup. Anak laki-laki yang lahir dari Lasmaya dibuang ke
laut dan sebagai gantinya diletakan anak kucing, anak kera, dan seekor burung
ciung. Setelah Bagenda Ma’ruf datang bukan main marahnya dan menuduh Lasmaya
berbuat serong sehingga disuruhnya dibunuh. Namun atas nasihat patih Budiman,
Lasmaya tidak jadi dibunuh melainkan dibuang ke hutan. Lasmaya dimasukkan ke
dalam kerangkeng besi dan ketiga “puteranya” diikutsertakan. Kucing kemudian
diberi nama Panji Malang, kera diberi nama Panca Tanran dan burung diberi nama
Panji Layang. Ketiga “puteranya” itu dapat bertingkah seperti manusia dan dapat
menceritakan kepada Lasmaya bahwa putera yang sebenarnya dibuang ke laut atas
perintah Nurhayat.
Panca
Tanran dan Panji Malang dapat mengambil pedang pusaka yang tersimpan di keraton
Madusari. Dengan pedang tersebut kerangkeng dapat dihancurkan. Mereka kemudian
berlindung di tanah ladang, di kaki gunung.
Antaboga,
raja negeri Malebah dalam perjalanannya di pinggir laut menemukan seorang bayi
laki-laki yang sedang terapung-apung. Bayi itu diambil, dipelihara dan diberi
nama Amar Sakti. Setelah Amar Sakti dewasa diberi tahu oleh Antaboga tentang
siapa sebenarnya Amar Sakti itu.
Amar
Sakti diberi kesempatan berkelana mengelilingi negeri Malebah. Dalam kesempatan
itu ia berjumpa dengan ibu serta adik-adiknya. Lasmaya dan ketiga “puteranya”
dibawa oleh Amar Sakti ke Malebah dan diterima dengan baik oleh raja Antaboga.
Amar
Sakti disuruh pergi ke Madusari oleh Antaboga untuk menjumpai ayahnya. Namun,
diperjalanan di tengah hutan, Amar sakti berjumpa dengan rombongan Raja Bagenda
Ma’ruf yang sedang kesulitan, karena ada seekor burung mengamuk. Ketika Bagenda
Ma’ruf akan ditanduk oleh seekor banteng, Amar Sakti yang menyamar sebagai anak
kampung dapat membunuh banteng. Amar Sakti yang menyamar dibawa oleh Bagenda
Ma’ruf ke Madusari dan diberi tugas menemani pangeran Sabang dan Raden Saka. Di
Madusari, Sarah berkesempatan berguru kepada Patih Budiman bersama-sama
Pangeran Sabang dan Raden Saka.
Nurhayat tidak senang dengan adanya Sarah di keraton. Pada suatu kesempatan, Sarah dibawa pergi oleh Pangeran Sabang dan Raden Saka untuk mencari pedang yang hilang. Sarah dibunuh, kepada raja dilaporkan bahwa pedang tidak dapat ditemukan, sedangkan sarah mati diterkam binatang buas. Raja bersedih hati merindukan pedang yang hilang.
Nurhayat tidak senang dengan adanya Sarah di keraton. Pada suatu kesempatan, Sarah dibawa pergi oleh Pangeran Sabang dan Raden Saka untuk mencari pedang yang hilang. Sarah dibunuh, kepada raja dilaporkan bahwa pedang tidak dapat ditemukan, sedangkan sarah mati diterkam binatang buas. Raja bersedih hati merindukan pedang yang hilang.
Karena
Antaboga itu sebenarnya raja jin Islam. Ia mengetahui Amar Sakti yang berganti
nama menjadi Sarah itu mati di tengah hutan. Antaboga segera datang dan
menghidupkan kembali serta membuat pedang tiruan yang serupa dengan pedang
kepunyaan Bagenda Ma’ruf yang hilang. Sarah disuruh pergi mengantarkan pedang
ke raja Madusari. Kepada raja, sarah melaporkan bahwa benar ia diterkam badak,
dan di dalam perut badak ada seorang perempuan yang dijaga oleh seekor kucing,
dan seekor burung. Dikatakan oleh Sarah bahwa pedang itu diperoleh dari ketiga
ekor binatang itu. Setelah menyerahkan pedang, Sarah pergi pamit untuk pulang
ke kampung.
Dalam
perjalanan pulang, Sarah tiba di negeri Mulki. Rajanya yang bernama Mulkiyah
mempunyai seorang putri yang cantik bernama Bidayasari. Di negeri Mulki, Sarah
berganti nama menjadi Ogin dan di sini dipungut anak oleh tukang kebun bunga.
Bidayasari sangat senang kepada keindahan dan bunga-bungaan.
Bidayasari
dilamar oleh raja Madusari untuk dikawinkan kepada putranya, Pangeran Sabang
dan Raden Saka disuruh tinggal di Keraton Mulki. Tetapi, Bidayasari tidak
melayani malah pergi ke kampung dan mencintai Ogin, serta Ogin dibawa ke
istana.
Raja
Gumati dari kerajaan Geulang Karaton mencintai Budayasari. Dirga Bahu dan Jaya
Kelana, patih kerajaan geulang Karaton menculik Bidayasari. Seluruh negeri
geger dan pasukan tentara dikerahkan mencari. Ogin semula tidak ikut mencari,
akan tetapi manakala raja menyatakan bahwa barang siapa dapat menyelamatkan Bidayasari
akan dijadikan menantu, Ogin pun pergi mencari putri. Setelah sampai di luar
istana, Ogin menjelma menjadi Amar Sakti dan kuda sakti pemberian Antaboga yang
bernama Gelap Sakti siap membantunya. Akhirnya, penculik putri dapat dikalahkan
dan putri dapat diselamatkan. Amar Sakti menolak mengantarkan putri ke istana
walaupun putri menyatakan cinta kepada Amar Sakti. Dan oleh Amar Sakti
diceritakan bahwa tahu putri diculik itu dari si Ogin. Amar Sakti meminta
kepada putri bahwa untuk calon suami harus mengadakan sayembara yang isinya
barang siapa dapat membawa kera, kucing dan burung yang bisa menyanyi dan
berbicara, itulah jodohnya. Setelah berkata tentang permohonan sayembara, Amar
Sakti menghilang dan muncul kembali si Ogin. Putri marah kepada si Ogin sebab
tidak terus terang mempunyai majikan tampan.
Raja
Mulki mengadakan sayembara, kepada pelamar pertama yaitu Pangeran sabang, raja
berkata bahwa sayembara itu dilakukan untuk keadilan karena ada seratus orang
pelamar. Si Ogin permisi pulang kampung dan kepada Antaboga berkata bahwa ia
mencintai putri. Antaboga menyuruh Panji Malang, Panji Layang dan Panca Tanran
melamar putri. Karena ketiga binatang itu kelakuannya seperti manusia dan
sangat menyenangkan, raja menerima lamaran.
Patih
Durjaman mempengaruhi raja Mulki yang sedang bingung. Patih menyarankan agar
dilakukan perkawinan dengan Pangeran Sabang dari Madusari. Akan tetapi, pada
saat perkawinan dilangsungkan, datanglah rombongan Lasmaya dari Malebah dan
mendesak bahwa putranyalah yang berhak menjadi suami sang putri. Terjadilah
pertarungan antara Madusari dan Malebah. Dewi Lasmaya ikut berperang dan tidak
dapat dikalahkan. Nurhayat akhirnya diketahui berbuat curang. Maka Bagenda
Ma’ruf kembali berpramesuri Lasmaya, sedangkan Ogin Amar Sakti menikah dengan
Bidayasari.
Wawacan
Babad Nabi
Abdul
Mutalib, raja Mekah, bermimpi di belakang rumahnya tumbuh pohon yang besar
sekali. Tingginya melewati langit. Pohon itu bercabang keempat penjuru angin,
ke Barat, ke Timur, ke Utara dan ke Selatan. Panjangnya cabang pohon tak
terkira, sehingga ke tepi arah angin masing-masing. Pada setiap helai daunnya
ada orang yang menggantung berpegang padanya.
Ketika
ditanyakan kepada semua tukang nujum dan ramal akan tabir mimpi tersebut,
dikatakan oleh para peramal bahwa ia akan mempunyai seorang putera, yang
dahinya terdapat nurbuat Rasulullah. Dia akan menjadi tumpuan sejagat, yang
berkilauan cahayanya menerangi semesta alam.
Abdul
Mutalib berputera dua belas orang. Diceritakan dua orang anaknya bernama
Abdullah dan Amir Hamzah. Di antara kedua belas anaknya itu hanya seorang
perempuannya, yaitu Dewi Hadijah.
Siti
Hindesah, puteri raja Essam, yang hafal kitab-kitab Taurat, Jabur, Injil, dan
menguasai ilmu sara serta ilmu nalar, mengetahui bahwa nurbuat Rasulullah akan
diturunkan di Mekah kepada yang bernama Abdullah. Dia bersama tentara kerajaan
ayahnya berkunjung ke Mekah dan membuat kemah di pinggri kota. Dia bermaksud
melamar Abdullah. Lamarannya ditolak meskipun telah membagi-bagikan hadiah
kepada putera raja Mekah, dia kawin dengan Abu Sofyan, yang kemudian berputera
Muawiyah, yang menjadi raja Ersam.
Pada
malam Jum’at semua penduduk Mekah, berdoa di Kabah, memohon kepada Allah kepada
siapa turunnya nurbuat Rasulullah. Terdengar suara bahwa bakal istri Abdullah
adalah yang bernama Siti Aminah, puteri Sulban Aburah, Bani Najr dari Madinah.
Abdullah dikawinkan dengan Siti Aminah.
Ketika
Aminah mengandung, setiap bulan bermimpi dikunjungi para nabi. Pada bulan
pertama bermimpi bertemu dengan Nabi Adam, bulan kedua dengan Nabi Idris, bulan
ketiga dengan Nabi Enuh, bulan keempat dengan Nabi Ibrahim, bulan kelima dengan
Nabi Ismail, bulan keenam dengan nabi Musa, bulan ketujuh dengan nabi Daud,
bulan kedelapan dengan Nabi Sulaeman dan bulan kesembilan dengan Nabi Isa. Pada
saat bayi yang dikandungnya berumur enam bulan Abdullah sakit dan kemudian
meninggal di Mekah.
Raja
Habsah beserta tiga belas raja lainnya menyerbu Masjidilharam di Mekah.
Dikatakan oleh Abdul Mutalib bahwa Baitullah adalah kepunyaan Allah. Tetapi
raja Habsyi bersikeras akan menghancurkannya.
Semua
orang Mekah berdoa di Baitullah, Masjidilharam, agar orang Habsyi dihancurkan.
Ketika orang Habsah akan menyerang Mekah datanglah bala tentara Allah yang
berupa burung Sijil. Setiap ekor membawa tiga buah batu berapi yang apinya dari
neraka, dua buah digenggamnya dan sebuah diparuhnya. Raja Habsah beserta bala
tentaranya mati hancur oleh lemparan batu berapi itu.
Waktu
Siti Aminah melahirkan, datanglah seekor burung yang membawa kendi berisi air
dan kain. Ketika itu tiba pula empat orang wanita cantik, yaitu Babu Hawa istri
nabi Adam, Dewi Anjar isteri Nabi Ibrahim, Dewi Aisah bakal istri Nabi Muhammad
dan Dewi Mariam, ibu Nabi Isa.
Karena
keistimewaan sang bayi, ada empat hal yang terjadi, yaitu Abdullah tidak mau
kawin kecuali dengan Aminah, sebelum bayi dilahirkan ayahnya sudah meninggal,
ada 600 wanita meninggal karena ingin dikawin Abdullah dan ketika Aminah salat
di Masjidilharam semua berhala jatuh bersujud.
Ketika
Aminah melahirkan, dia tidak mengeluarkan darah, tidak merasa sakit, tapi tercium
bau harum mewangi dan dari bayi keluar cahaya berkilauan. Seperti pesan para
nabi, bayi yang dilahirkan Aminah diberi nama Muhammad. Banyak nama yang lain
diberikan oleh mahluk Allah yang lain ialah Abdulrojak. Para nabi memberi nama pada
bayi tersebut Abdulwahab, jin setan dan angin menamakannya Abdurrakhman,
malaikat yang ada di gunung menamakannya Abdul Malik, samudera menamakannya
Abdul Mahali, ikan menamakannya Abdul Qudusi, lalat menamakannya Abdul Muhyi,
binatang buruan menamakannya Abdussalam, binatang pemakan daun menamakannya
Abdul Malik, kitab Jabur menamakannya Halillah, kitab Injil menamakannya Nuzi,
kitab seratus empat dan aksara menamakannya Ahmad. Tetapi kesemuanya menyebut
bayi tersebut dengan nama Muhammad.
Karena
Aminah tidak mengeluarkan air susu untuk bayinya, maka dicarilah seseorang
untuk menyusui Muhammad. Istri Haris yang bernama Halimah, yang berasal dari
Husen mencari pekerjaan sebagai yang menyusui bayi, meskipun air susunya hanya
keluar dari yang sebelah. Banyak orang yang menolak menyusui bayi yang bernama
Muhammad karena dia anak yatim, jadi tentu upahnya sedikit. Tetapi halimah
tetap ingin menyusui bayi tersebut.
Dengan
persetujuan Abdul Mutalib, Halimah menyusui Muhammad. Tiba-tiba air susunya
menjadi subur. Muhammad menyusu dengan lahapnya. Ketika Muhammad dibawa ke
Kabah, hajar aswad menghampirinya dan menciumnya.
Muhammad
dibawa ke negeri Husen oleh Halimah. Pada waktu malam hari tak pernah
menyalakan lampu karena terang dari cahaya yang keluar dari Muhammad. Pepohonan
dan tanaman lainnya yang dilewati Muhammad menjadi subur. Semua buah-buhan
keluar buahnya dan sangat lebat. Negeri Husen yang kering, menjadi subur. Istri
yang bersuami, jadi mengandung.
Dalam
perjalanan selalu dilindungi awan sehingga tidak merasa panas, Muhammad selalu
disukai oleh semua. Badanya tegap, mukanya cakap, suaranya empuk. Bila melihat
ke langit atau bumi, terlihat semuanya, meskipun dari Masrik sampai Magrib.
Bila memberi salam, tidak terhalangi. Bila tertidur, semua tingkah manusia
terlihat. Dia tidak pernah terlihat membuang kotoran. Bila berkeringat,
keringatnya harum baunya. Muhammad selalu dijaga oleh malaikat dari segala
arah, muka, belakang, samping kiri dan kanan, masing-masing tujuhpuluh
malaikat.
Muhammad
pernah dibawa ke Mekah oleh Halimah, tetapi kemudian dibawa kembali ke Husen.
Dalam perjalanan kembali ke Husen, ketika berteduh di bawah pohon bajan,
tiba-tiba pohon bajan itu berbunga. Bunganya berkilauan dan harum baunya. Hal
ini terlihat oleh golongan Nasoro dengan balatentaranya. Seorang padri yang
memimpin kaum Nasro segera membuka kitab yang dibawanya. Dikatakannya bahwa pohon
bajan tidak pernah berbunga. Pohon bajan itu akan berbunga setelah 600 tahun
setelah kelahiran Nabi Isa. Bila berbunga kelak, kata kitab tersebut, tentu ada
seorang anak yang bernama Muhammad, bakal seorang nabi penutup. Awan putih
selalu menaungi kemana anak itu berjalan.
Setelah
kaum Nasro yakin akan tanda-tanda yang cocok dengan keadaan waktu itu, padri
memerintahkan bala tentaranya untuk membunuh anak tersebut karena katanya bila
sudah besar dia akan menyuruh mereka berpindah agama. Ketika bala tentara akan
menyerang anak itu, datanglah angin ribut. Hari menjadi gelap, sehingga tidak
terlihat mana kawan mana lawan. Mereka berkelahi dan berperang dengan
tentaranya sendiri sehingga banyak yang tewas. Setelah hari terang, Muhammad
dan rombongannya sudah tidak ada.
Ketika
Muhammad sedang mengembalakan domba, dia didatangi oleh malaikat Jibril dan
Mikail. Dada Muhammad dibedah, dibersihkan dari segala kotoran, dibersihkan
dengan air surga. Kemudian diisikan ke dalamnya Qur’an 30 juz, syariat,
tarikat, iman, tauhid, marifat Islam, dan ilmu-ilmu lain. Setelah selesai
dadanya diusap dan pulih seperti sediakala kemudian diberi nama Habibullah.
Wallohu ‘alam…
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar