Kamis, 10 Oktober 2013

Sekretariat Perserikatan Bangsa Bangsa




Dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa disebutkan ada 6 badan perlengkapan PBB, yakni:
1.    General Assembly (Majelis Umum);
2.    Security Council (Dewan Keamanan);
3.    Economic and Social Council (ECOSOC/ Dewan Ekonomi dan Sosial);
4.    Trusteeship Council (Dewan Perwalian);
5.    International Court of Justice (Mahkamah Internasional); dan
6.    Secretary (Sekretariat).
Sekretariat PBB adalah salah satu badan utama dari Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dikepalai oleh seorang Sekretaris Jenderal, dibantu oleh pekerja sipil internasional yang bekerja di seluruh dunia. Sekretariat PBB memberikan dukungan kerja dan pelayanan untuk semua badan PBB lainnya di dalam sistem keseluhan dan mengatur program serta kebijakan yang dijalankan oleh mereka. Sekretariat ini memiliki banyak tugas, dari administrasi operasi pemelihara perdamaian PBB hingga membuat penelitian mengenai tren sosial dan ekonomi dunia.
Aktivitas dari Sekretariat PBB mengikutsertakan sekitar 44.000 pegawai sipil internasional di seluruh dunia dengan dipimpin oleh Sekretaris Jenderal. Ketentuan dalam menjadi pegawai sipil PBB diatur oleh berbagai mekanisme ujian PBB di penjuru dunia, dengan proses pendaftaran yang sangat kompetitif. Syarat untuk bekerja menjadi anggota atau staf Sekretariat PBB, menurut Piagam PBB termasuk "standar efisiensi, kompetensi dan integritas terbaik". Anggota staf diangkat oleh Sekretaris Jenderal dan ditempatkan dalam badan-badan PBB, serta dapat ditugaskan secara permanen maupun sementara. Dalam rekruitmen staf, keberagaman latar belakang geografis atau kewarganegaraan menjadi salah satu faktor utama untuk mencerminkan cakupan negara anggota PBB. Walaupun dilihat dalam hal kewarganegaraannya, anggota Sekretariat PBB merupakan staf internasional. Piagam PBB menyebutkan bahwa anggota staf bertanggung jawab "hanya kepada organisasi PBB" dan dilarang melakukan suatu aksi maupun memberikan pengaruh yang mencerminkan keterikatan khusus dengan satu pemerintahan atau organisasi di luar PBB.
Bermarkas di New York, Sekretariat PBB ini juga mempunyai beberapa kantor cabang di Addis Ababa, Bangkok, Beirut, Jenewa, Nairobi, Santiago, dan Vienna. Serta banyak kantor-kantor lainnya di seluruh penjuru dunia. Sekretariat PBB adalah bagian yang penting dan mendasar dari PBB, karena bertanggung jawab atas pengaturan agenda dari Sekretaris-Jenderal PBB. Sekretariat juga bertanggung jawab dalam mempublikasikan berbagai perjanjian dan tratat internasional yang telah dibuat oleh PBB. Peran Sekretariat PBB juga bisa berubah sewaktu-waktu bergantung pada agenda PBB yang ada. Sekretariat PBB juga bertugas dalam menjaga kontak dengan media di seluruh dunia untuk mempromosikan kinerja PBB di seluruh dunia. Hal ini biasanya dilakukan melalui pengorganisasi konferensi-konferensi internasional. Sekretariat juga bertanggung jawab dalam penerjemahan dokumen-dokumen ke dalam bahasa-bahasa resmi PBB. Selain itu Sekretariat PBB mengatur penggajian para staf di berbagai badan PBB. Dalam garis besar, Sekretariat menjadi tumpuan atau kerangka dalam sistem PBB secara keseluruhan serta memungkinkan sistem tersebut untuk bekerja dalam satu kesatuan.
Gedung Sekretariat PBB, New York City.
Gedung Sekretariat Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah sebuah gedung pencakar langit setinggi 510 kaki (154 meter) dan merupakan pusat dari Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa, terletak di Turtle Bay, Manhattan, New York City. Tanah tempat bangunan ini berdiri dianggap sebagai teritori Perserikatan Bangsa-Bangsa, meski masih menjadi bagian dari Amerika Serikat.
Gedung ini memiliki 39 tingkat dan selesai dibangun pada tahun 1952. Gedung ini dirancang oleh arsitek Perancis Le Corbusier dan arsitek Brasil Oscar Niemeyer. Bangunan ini terhubung dengan Gedung Konferensi di Utara yang berisi: Majelis Umum; Dewan Keamanan; dan sebuah gedung perpustakaan di Selatan. Gedung ini berisikan fungsi-fungsi administrasi PBB, termasuk tugas harian seperti keuangan dan penerjemahan, kantor duta besar dan delegasi. Sebagai bagian dari komplek PBB, bangunan ini ditetapkan berada di teritori internasional, sesuai perjanjian antara Perserikatan Bangsa-Bangsa dan negara pemilik tanah, Amerika Serikat. Pada 21 Desember 2010, Gedung PBB dievakuasi karena perbaikan saluran bawah tanah di bangunan ini.

Sekretariat PBB dibagi kedalam berbagai kantor dan departemen, sebagai berikut:
Kantor Eksekutif Sekretaris Jenderal
1.    Kantor Pelayanan Pengawasan Internal PBB (OIOS/ Office of Internal Oversight Services);
2.    Kantor Urusan Hukum PBB (OLA/ Office of Legal Affairs);
3.    Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA/ Office for the Coordination of Humanitarian Affairs);
4.    Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR/ Office of the High Commissioner for Human Rights);
5.    Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR/ United Nations High Commissioner for Refugees);
6.    Kantor PBB Urusan Narkoba dan Kejahatan (UNODC/ United Nations Office on Drugs and Crime); dan
7.    Kantor Perwakilan Tinggi PBB untuk Negara Terbelakang, Negara Berkembang Terkurung Daratan dan Negara Berkembang Kepulauan Kecil (OHRLLS/ Office of the High Representative for the Least Developed Countries, Landlocked Developing Countries and Small Island Developing States).
Departemen
1.    Departemen Urusan Politik PBB (DPA/ Department of Political Affairs);
2.    Departemen Manajemen PBB (DM/ Department of Management);
3.    Departemen Operasi Pemelihara Perdamaian PBB (DPKO/ Department of Peacekeeping Operations);
4.    Departemen Dukungan Lapangan PBB (DFS/ Department of Field Support);
5.    Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial PBB (DESA/ Department of Economic and Social Affairs);
6.    Departemen Manajemen Konferensi dan Majelis Umum (DGACM/ Department for General Assembly and Conference Management);
7.    Departemen Informasi Publik PBB (DPI/ Department of Public Information); dan
8.    Departemen Keselamatan dan Keamanan PBB (UNDSS/ United Nations Department for Safety and Security).
Kantor Cabang
1.    Kantor PBB di Jenewa (UNOG/ United Nations Office at Geneva);
2.    Kantor PBB di Vienna (UNOV/ United Nations Office at Vienna);
3.    Kantor PBB di Nairobi (UNON/ United Nations Office at Nairobi).

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa
Sekretaris Jenderal PBB adalah ketua Sekretariat PBB, salah satu bagian penting dari PBB. Menurut Piagam PBB, Sekretaris Jenderal diangkat oleh Sidang Umum berdasarkan rekomendasi Dewan Keamanan. Fungsi dan Peran Sekjen PBB: Sebagai kepala administratif dari PBB; Membawa dihadapan perhatian Dewan Keamanan setiap persoalan yang menurut pendapatnya membahayakan perdamaian dan keamanan internasional; serta Membuat laporan tahunan dan tiap-tiap laporan tambahan yang perlu pada Majelis Umum mengenai pekerjaan PBB.

Tokoh-tokoh yang pernah menjabat sebagai Sekjen PBB

Gladwyn Jebb, Inggris (Sekjen PBB Sementara, 1945 – 1946)
Gladwyn Jebb, Inggris.
Sir Hubert Miles Gladwyn Jebb, First Lord dan Baron Gladwyn yang dikenal sebagai Gladwyn Jebb (lahir di Inggris, 25 April 1900 – meninggal di Suffolk, 24 Oktober 1996 pada umur 96 tahun) adalah pegawai negeri, diplomat, dan politikus Inggris. Ia adalah anak dari Sydney Jebb, yang berasal dari Firbeck Hall (Yorkshire). Pada tahun 1929, ia menikah dengan Cynthia. Pernikahan tersebut melahirkan seorang anak laki-laki dan dua orang anak perempuan. Jebb masuk dalam Dinas Diplomatik pada tahun 1924 dan mulai bertugas di Tehran, Roma dan kantor kementerian luar negeri. Setelah Perang Dunia II, ia menjadi penjabat pertama Sekretaris Jenderal PBB antara tahun 1945-1946, setelah itu ia menjadi duta besar Britania Raya untuk PBB (1950-1954) dan untuk Prancis (1954-1960). Pada 1960 Jebb diberikan gelar kebangsawanan dengan nama Baron Gladwyn dan terlibat dalam dunia politik melalui Partai Liberal. Selain menjabat Wakil Pimpinan Partai (1965-1988), ia juga menjabat juru bicara untuk urusan luar negeri dan pertahanan. Ia juga menjabat sebagai anggota Parlemen Eropa (1973-1976) dan ikut memperebutkan kursi Suffolk di Parlemen Eropa pada 1979. Istrinya, Cynthia, adalah penulis jurnal mereka selama mereka tinggal di Paris dan berkiprah dalam dunia politik di Partai Liberal.

Trygve Lie, Norwegia (Sekjen PBB Pertama, 1945 – 1953)
Trygve Lie, Norwegia.
Trygve Halvdan Lie  (lahir 16 Juli 1896 – meninggal 30 Desember 1968 pada umur 72 tahun) adalah seorang politikus Norwegia. Pada 1 Februari 1946, Trygve Halvdan Lie resmi menjadi Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa yang pertama, menggantikan penjabat sementara Sir Gladwyn Jebb dari Britania Raya. Lahir di kota Oslo, Norwegia pada16 Juli 1896 dan meninggal 30 Desember 1968 di Geilo, Norwegia. Beliau memegang jabatan itu dari tanggal 2 Februari 1946 sampai 10 November 1952. Trygve Lie mengakhiri jabatannya sebagai Sekretaris Jenderal PBB karena mengundurkan diri dan digantikan oleh Dag Hammarskjold. Pada April 1953, Dag Hammarskjöld diangkat sebagai Sekretaris Jenderal PBB. "Anda akan memasuki pekerjaan terpenting di dunia ini". Dengan kata-kata inilah Trygve Halvdan Lie menyerahkan mandatnya sebagai Sekretaris Jenderal PBB kepada Dag Hammarskjöld. Saat itu Perserikatan Bangsa-Bangsa sedang menghadapi krisis paling serius, dan Lie memutuskan melepaskan mandatnya. Pada tahun Sekjen Trygve Lie mengundurkan diri dari jabatannya –karena dianggap mendukung garis Amerika dalam Perang Korea, Lie telah benar- benar kehilangan dukungan dari Uni Soviet. Kritik menyebar dan ketika orang-orang di sekretariat Lie sendiri mulai menunjukkan tanda-tanda ketidakpercayaan, situasi menjadi tidak bisa dipertahankan. Pencarian untuk penggantinya dimulai pada tahun 1953 awal. Sejumlah nama muncul dalam diskusi, tetapi tidak mendapat dukungan dari seluruh anggota tetap Dewan Keamanan. Akhirnya, satu nama maju bahwa setiap orang bisa menyetujui - Dag Hammarskjöld. Hammarskjöld bukan anggota partai politik apapun, meskipun ia duduk di pemerintah Swedia. Ditambah lagi fakta bahwa ia datang dari Swedia –yang dianggap netral membuatnya sebagai seorang calon yang –baik Timur maupun Barat bisa diterima.

Dag Hammarskjöld, Swedia (Sekjen PBB kedua, 1953 – 1961)
Dag Hammarskjold, Swedia.
Dag Hjalmar Agne Carl Hammarskjöld (29 Juli 1905 – 18 September 1961) menjabat dari April 1953 sampai kematiannya akibat kecelakaan pesawat pada September 1961 di Rhodesia Utara (Zambia). Dag Hammarskjöld dilahirkan di kota Jonkoping, Swedia, namun besar dan menghabiskan tahun-tahun awalnya di Uppsala, tempat ayahnya menjabat sebagai Gubernur Kaunti. Hammarskjöld tidak terkenal saat menduduki jabatan Sekjen PBB; namun segera ia memperlihatkan bahwa ia memiliki kemampuan untuk membuat PBB –yang saat itu melempem menjadi efektif. Ia terkenal sebagai pemimpin terdedikasi dengan visi luas untuk jabatannya. Digerakkan dengan kebulatan tekad pribadinya untuk efektif dengan bereaksi cepat terhadap krisis-krisis yang dihadapi, ia mencoba memecahkan masalah di tahap pertama, masalah yang ia percaya hanya akan menjadi rumit bila ditunda. Selama masa jabatannya, ia juga memperkenalkan ‘diplomasi diam’ untuk membuka debat yang bisa menimbulkan konflik lebih dalam. Dag Hammarskjöld membawa otoritas baru untuk mandatnya sebagai Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa. Ia memelihara pendirian netral dalam cara kerjanya dan menekankan tanggung jawab PBB untuk menjamin kepentingan dan hak yang berkaitan dengan perdamaian. Hammarskjöld juga menggagas penggunaan angkatan perdamaian PBB dan kebijakan ini menjadi ciri tetap dalam usaha penjagaan perdamaian PBB. Selama masa jabatannya, Hammarskjöld berhasil memperbaiki konsekuensi tiga krisis dunia, yakni: krisis Suez pada tahun 1956, serta dalam konflik di Libanon dan Laos. Saat perang saudara pecah di Kongo, Hammarskjöld membantu meminta pasukan PBB dikirim ke daerah itu dan secara pribadi ia mencoba menengahi mereka yang bertengkar. Selama salah satu misi ini, pada 17 September 1961, Hammarskjöld terbunuh dalam kecelakaan pesawat di daerah yang kini disebut Zambia. Secara anumerta, Dag Hammarskjöld dianugerahi Penghargaan Perdamaian Nobel pada 1961. Hammarskjöld juga memiliki kepribadian budaya yang kuat. Ia diakui sebagai penulis, penerjemah, dan salah satu dari 18 anggota Akademi Swedia.

U Thant, Burma (Sekjen PBB ketiga, 1961 – 1971)
U-Thant, Burma.
Maha Thray Sithu U Thant atau biasa dipanggil U Thant adalah seorang diplomat dari Burma/Birma (Myanmar). Lahir di Pantanaw, Lower Burma-Myanmar pada 22 Januari 1909 dan meninggal di New York, Amerika Serikat pada 25 November 1974. Istrinya bernama Daw Thein Tin. U Thant menduduki jabatan Sekretaris Jenderal PBB sejak 30 November 1961, menggantikan Dag Hammarskjold yang tewas karena kecelakaan pesawat pada bulan September 1961. U Thant merupakan Sekretaris Jenderal PBB pertama dari Asia. U Thant mengakhir jabatannya sebagai Sekjen PBB pada 1 Januari 1972 dan digantikan oleh Kurt Josef Waldheim. Salah satu prestasi U Thant yang paling penting selama menjabat sebagai Sekjen PBB adalah bantuan yang berharga dalam memfasilitasi negosiasi antara Presiden Amerika Serikat John F Kennedy dan Perdana Menteri Uni Soviet Nikita Kruschev, selama Krisis Rudal Kuba. Upaya diplomasi U Thant ini berhasil mencegah kemungkinan bencana global, serta mengakhiri perang saudara di Kongo. “U” adalah sebuah kehormatan di Burma, kurang lebih sama dengan “Mr”. Sedangkan “Thant” adalah nama satu-satunya. Di Burma ia dikenal sebagai Pantanaw U Thant, mengacu pada kota kelahirannya Pantanaw. Pada tahun 1961, pemerintah Burma memberinya gelar Maha Thray Sithu sebagai komandan dalam urutan Pyidaungsu Sithu. U Thant meninggal saat Burma diperintah oleh junta militer pimpinan Presiden Ne Win yang menggulingkan pemerintahan PM U Nu dalam kudeta 2 Maret 1962. Kedekatan Sekjen PBB U Thant dengan PM Burma U Nu, membuat Presiden Ne Win menolak semua penghargaan internasional yang diberikan kepada U Thant serta mencabut rasa hormat yang diberikan rakyat Burma kepada U Thant. U Thant mengundurkan diri sebagai Sekjen PBB, setelah periode ke-2.

Kurt Waldheim, Austria ( Sekjen PBB keempat, 1972 – 1981)
Kurt Waldheim, Austria.
Kurt Josef Waldheim adalah seorang diplomat Austria dan politikus konservatif. Lahir 21 Desember 1918 di Sankt Andra-Wordern near Vienna, Austria Jerman dan meninggal 14 Juni 2007 di Vienna, Austria dalam usia 88 tahun. Istrinya bernama Elisabeth Waldheim. Pada 19 Agustus 1944, ia menikahi Elisabeth Ritschell dan dikaruniai 3 orang anak: Lieselotte, Son Gerhard dan Christa. Kurt Josef Waldheim menjabat Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa sejak 1 Januari 1972 sampai 1 Januari 1982. Sebelum menjabat Sekretaris Jenderal PBB, Kurt Josef Waldheim pernah menjadi Presiden Federal Austria pada periode 1986-1992 dan merupakan mantan Presiden Austria tertua. Dalam jabatan sebagai Sekretaris Jenderal PBB, Kurt Josef Waldheim juga termasuk yang tertua. Waldheim memimpin PBB sejak 1972 hingga 1981, dan menjadi Presiden Austria sejak 1986 hingga 1992. Namun, ia menjadi sasaran kritik karena dugaan keterkaitannya dengan masa tugasnya sebagai seorang anggota militer untuk Nazi-Jerman. Sebagai seorang perwira Jerman dalam perang dunia II, para sejarawan menganggap Wildhem melakukan apa yang seharusnya dilakukan semasa menjadi perwira. Ia juga mungkin tahu beberapa alasan konkrit tentang peristiwa deportasi Kaum Yahudi ke kamp-kamp konsentrasi. Selama masa kerjanya sebagai Sekjen PBB, Waldheim berkerja keras mengakhiri masalah Iran-Irak dan perseteruan China dengan Vietnam. Ia berhasil berunding dengan pihak Saddam Husein (Irak) untuk membebaskan para tawanan perang dari Austria dan Swiss dalam Perang Teluk II. Republik Rakyat Cina mengajukan veto untuk periode ketiganya sebagai Sekjen PBB, Kurt Waldheim akhirnya diganti oleh Javier Perez de Cuellar dari Peru.

Javier Pérez de Cuéllar, Peru (Sekjen PBB kelima, 1982 – 1991)
Javier Perez de Cuellar, Peru.
Javier Perez de Cuellar de la Guerra atau Javier Perez de Cuellar adalah seorang diplomat Peru yang lahir di Lima, Peru pada 19 Januari 1920. Istrinya bernama Marcela Temple. Javier Perez de Cuellar menjabat Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa sejak 1 Januari 1982 sampai 31 Desember 1991. Pada 31 Desember 1981, Perez de Cuellar menggantikan Kurt Waldheim menjadi Sekretaris Jenderal PBB untuk masa kedua pada Oktober 1986. Selama dua masa jabatannya, ia memimpin mediasi antara Britania Raya dan Argentina setelah Perang Malvinas dan memperkembangkan usaha Grup Contadora untuk membawa perdamaian dan stabilitas di Amerika Tengah. Ia juga menengahi perundingan buat kemerdekaan Namibia, konflik di Sahara Barat antara Maroko dan Front Polisario, serta isu Siprus. Masa jabatan keduanya sebagai Sekjen PBB berakhir pada Januari 1992. Javier Perez de Cuellar menolak untuk menjabat kembali Sekjen PBB untuk periode ke-3.





Boutros Boutros-Ghali, Mesir (Sekjen PBB keenam, 1992 – 1996)
Boutros Boutros Ghali, Mesir.
Boutros Boutros Ghali adalah seorang kebangsaan Mesir yang lahir pada 14 November 1922 di Kairo, Mesir. Istrinya bernama Leia Maria Boutros Ghali. Boutros Boutros Ghali menjabat sebagai Sekjen PBB dari 1 Januari 1992 hingga Desember 1996. Boutros Boutros Ghali berasal dari keluarga Kristen Koptik (Boutros adalah bentuk Arabik dari Petros, bentuk Koptik dari nama Peter) yang telah memberikan Mesir seorang Perdana Menteri (Boutros Ghali, 1846 – 1910). Amerika Serikat pernah berhasil ‘mencopot’ Boutros-Boutros Ghali dari jabatan Sekjen PBB menjelang akhir tahun 1996. Waktu itu Boutros Ghali siap maju sebagai satu-satunya calon Sekjen PBB untuk masa jabatan lima tahun kedua. Menurut kalangan anggota PBB, Washington menilai sikap dan langkah Boutros Ghali sering merugikan kepentingan AS, alias terlalu independen bagi AS. Boutros Ghali mendapat dukungan mayoritas anggota PBB, termasuk anggota tetap DK PBB. Bahkan Indonesia bersama negara Non-Blok (GNB/ Gerakan Non Blok) secara bulat mendukung terpilihnya kembali Boutros Ghali. Namun, akhirnya upaya itu kandas. Meskipun 14 negara anggota DK PBB –termasuk Inggris sekutu kuat AS dan anggota tetap lainnya mendukung Boutros-Ghali, namun semua itu kalah oleh veto AS. Setelah Boutros Ghali ‘tersingkir’, maka terpilihlah Kofi Annan, favorit AS, sebagai Sekjen PBB baru. Ini semua menunjukkan bahwa siapapun yang akan menduduki kursi Sekjen PBB, harus dapat ‘restu’ dari Amerika Serikat.

Kofi Annan, Ghana (Sekjen PBB ketujuh, 1997 – 2006)
Kofi Annan, Ghana.
Kofi Atta Annan atau Kofi Annan adalah seorang diplomat asal Ghana yang lahir pada 8 April 1938 di Kumasi, Ghana. Istrinya bernama Titi Alakija Nane Maria Annan dan sudah cerai. Ia menjabat Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa pada periode 1 Januari 1997 hingga 31 Desember 2006 untuk dua kali masa jabatan lima tahunan. Pada 1 Januari 2007, ia digantikan Ban Ki-moon. Ia pernah meraih Penghargaan Nobel Perdamaian pada 2001. Kofi Annan anak dari Victoria dan Henry Reginald Annan yang lahir di wilayah Kofandros Kumasi, Ghana. Nama Kofi berarti ‘terlahir pada hari Jumat’. Annan yang lahir sebagai anak kembar, dianggap sebuah peristiwa spesial oleh tradisi Ghana di Benua Afrika. Saudara kembarnya (Efua) meninggal pada tahun 1991. Keluarga Annan merupakan bagian kelompok elit Ghana. Kedua kakeknya serta pamannya adalah kepala suku. Ayahnya berdarah setengah Asante dan setengah Fante, sedang ibunya seorang suku Fante. Pada 13 Desember 1996, Annan terpilih oleh Dewan Keamanan PBB sebagai Sekretaris Jenderal PBB, dan dikukuhkan empat hari kemudian lewat pemungutan suara di Majelis Umum. Annan segera mengambil sumpah jabatan, dan memulai masa jabatannya yang pertama sebagai Sekretaris Jenderal pada 1 Januari 1997. Annan menggantikan Sekretaris Jenderal Boutros Boutros-Ghali dari Mesir, yang berakhir masa jabatannya. Ia menjadi orang pertama dari sebuah negara Afrika Hitam yang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal PBB. Masa jabatan Annan sebagai Sekjen diperbarui pada 1 Januari 2002, dalam sebuah penyimpangan yang tidak lazim dari kebijakan yang tak resmi. Jabatan ini biasanya berotasi di antara benua, masing-masing dengan dua masa jabatan. Karena pendahulu Annan adalah Boutros-Ghali yang juga berasal dari Afrika, Annan biasanya hanya akan menjabat satu masa jabatan. Perpanjangan masa jabatannya menunjukkan popularitas Annan.

Ban Ki-moon, Korea Selatan (Sekjen PBB kedelapan, 2006 – 2016)
Ban Ki-moon, Korea Selatan.
Ban Ki-moon lahir di Eumseong, Chungcheong Utara, Korea, Kekaisaran Jepang, 13 Juni 1944; adalah seorang diplomat Korea Selatan dan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa menggantikan Kofi Annan yang telah menyelesaikan masa jabatannya pada 1 Januari 2007. Ban pernah menjabat sebagai menteri luar negeri Republik Korea pada periode Januari 2004 hingga 1 November 2006. Pada 9 Oktober 2006, Dewan Keamanan PBB resmi mencalonkan Ban sebagai Sekretaris Jenderal PBB yang baru. Keputusan ini masih harus dikukuhkan oleh Sidang Umum PBB yang akan bertemu pada akhir tahun 2006. Kemudian pada 13 Oktober 2006, 192 anggota Majelis Umum mengesahkan Ban sebagai Sekretaris-Jenderal PBB dan dilantik pada 14 Desember 2006. Pada 21 Juni 2011, Ban terpilih kembali untuk menjalankan periode keduanya sebagai Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa lewat hasil Sidang Umum untuk masa jabatan 2012 hingga 2016. Di tahun 2007, The Economist membuat daftar tantangan yang harus dihadapi Ban, yakni: "meningkatnya ancaman nuklir di Iran dan Korea Utara, konflik di Darfur, kekerasan yang tidak pernah selesai di Timur Tengah, ancaman bencana alam, meningkatnya ancaman terorisme internasional, berkembangnya senjata pemusnah massal, penyebaran HIV/AIDS dan beberapa hal lain seperti bisnis raksasa yang tidak pernah habis mengenai usaha untuk mereformasi dalam sejarah PBB." Ban dua kali memperoleh penghargaan Bintang Jasa pada tahun 1975, 1986, dan 2006 dari Pemerintah Republik Korea. Atas keberhasilannya sebagai duta besar, ia memperoleh Bintang Kehormatan Besar dari Republik Austria pada 2001. Setahun kemudian, pemerintah Brasil menganugerahi Salib Agung Rio Branco kepadanya. Pada September 2005, Masyarakat Korea di New York menganugerahkan kepadanya penghargaaan Van Fleet atas sumbangannya untuk persahabatan AS-Republik Korea.



Antonio Guterres, Portugal (Sekjen PBB kesembilan, 2017 – 2022)
Antonio Guterres, Portugal.
Antonio Guterres, resmi dilantik sebagai Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa pada hari Senin 12 Desember 2016, dan akan mengambil estafet kepemimpinan dari Ban Ki-moon pada tanggal 1 Januari 2017 untuk masa jabatan lima tahun ke depan. Pada Sidang Umum PBB tanggal 13 Oktober 2016, Guterres dipilih secara aklamasi oleh 193 negara anggota sebagai Sekjen PBB. Mantan Komisaris PBB untuk pengungsi UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees, pada Juni 2005 hingga Desember 2015) yang bernama lengkap: António Manuel de Oliveira Guterres, lahir 30 April 1949 di Lisboa, Portugal, ini, akan menjadi mantan kepala pemerintahan pertama yang menjadi Sekjen PBB. Selama ini, posisi sekjen PBB kerap dipegang mantan Menteri Luar Negeri –sebelum berkarier di PBB, Guterres merupakan Perdana Menteri Portugal pada 1995-2002 dan terlibat aktif dalam upaya internasional untuk memecahkan masalah di Timor Timur dengan pelaksanaan referendum yang hasilnya memutuskan memisahkan diri dari Indonesia.
Sebagai Sekjen PBB, tentu banyak tantangan yang akan dihadapi oleh Guterres. Fenomena-fenomena dunia yang terjadi beberapa tahun ke belakang menunjukkan bahwa tugas PBB semakin hari akan semakin berat. Terorisme merajarela sepanjang 2016, dari awal hingga penghujung tahun. Mulai dari kasus ISIS sampai dengan konflik Suriah, hingga uji coba rudal Korea Utara. Isu-isu kemanusiaan juga terus berdatangan, seperti: kasus Rohingya di Myanmar.  Tantangan bagi Guterres juga datang dari anggotanya, seperti kasus lama konflik Israel-Palestina juga akan menjadi PR yang harus dituntaskan sekjen Guterres. Fenomena yang baru saja terjadi adalah dampak dari Resolusi Dewan Keamanan PBB terhadap pendudukan pemukiman Yahudi di Palestina oleh Israel. Resolusi tersebut mendapat kecaman dari Israel. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu bahkan sempat menyatakan akan menghentikan bantuan dana ke badan-badan PBB untuk sementara waktu. Tantangan juga mungkin muncul dari presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Trump menunjukkan indikasi untuk memperkuat aliansi dengan Israel. Trump juga mengindikasikan tidak suka dengan kerjasama-kerjasama multilateral, khususnya PBB. Dengan adanya indikasi tersebut membuat munculnya peluang Amerika Serikat di masa kepemimpinan Trump akan menghentikan bantuan dana, dan lebih parahnya lagi keluar dari PBB.
Namun, tentu Guterres sudah tahu segala tantangan, konsekuensi, dan ekspektasi dari para pemegang harapan setelah terpilih menjadi Sekjen PBB. Tentu kita semua menantikan progres yang dibawakan Guterres dalam lima tahun ke depan. Optimisme Guterres disampaikan dalam pesan pertamanya setelah resmi menjadi Sekjen PBB yang diunggah di saluran resmi PBB. Ia menekankan “Put peace first” sebagai kunci dari segala upaya yang PBB lakukan dalam menyelesaikan segala persoalan di bawah kepemimpinannya.


***

1 komentar:

  1. gan bagaimna cra mendaftar sebagai anggota PBB ? saya buka websutenya gg bisa gan ,, termasuk website kemenlu jg ..so sad gan

    BalasHapus