Senin, 08 Desember 2014

Naskah Pesantren



... bulan jumadi awal kawit nulis, silih mulud kawit nulis, jumadil awal tamat na, tanggal dua belas, malem saptu jam na satengah dalapan, tapi aksarana teuing ku awon ngan sing bujangga baé, pameget istri reungeukeun ku sadayana...
Naskah Wawacan Samaun

Ditinjau berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam, naskah-naskah Sunda yang muncul dalam pustaka-pustaka pesantren dapat digolongkan ke dalam kategori naskah dasar, naskah tentang dawah, dan bahkan ada naskah yang dikategorikan ke dalam naskah yang mengandung nilai-nilai pra-Islam. Ada beberapa tokoh lakon “bukan Nusantara” yang pada umumnya bergerak di sebuah daerah dunia Arab yang samar-samar. Naskah tersebut meriwayatkan tokoh-tokoh yang berasal dari dunia Arab –baik fiktif maupun nyata, dan cukup digemari oleh kalangan masyarakat yang dikenal sebagai literatur pesantren. Naskah-naskah demikian dikenal dengan judul-judul: Wawacan Ahmad Muhamad, Wawacan Amir Hamzah, Wawacan Umarmaya, Wawacan Jayéngrana, Wawacan Samaun, Wawacan Prabu Rara Déwi, Wawacan Sajarah Mekah, Wawacan Lukmanul Hakim, Wawacan Durahman Durahim, Wawacan Aladin, Wawacan Istambul-Mesir, Wawacan Ménak Rengganis, Wawacan Padmasari, Wawacan Raja Saul jeung Raja Daud, Wawacan Bental Jemur, Wawacan Lokayanti, Wawacan Abunawas, Wawacan Danumaya, Wawacan Said Saman, Wawacan Bin Éntam, dan Wawacan Siti Armilah.
Teks-teks naskah ini, umumnya meriwayatkan para tokoh yang dianggap suci –hagiografi dan dapat dianggap hampir sederajat dengan para Ambiya. Tokoh-tokohnya dijadikan teladan sebagai pahlawan perjuangan dalam peperangan melawan kaum kafir, dan mereka senantiasa berpegang teguh kepada asma Allah atas kebesaran dan kekuatannya dalam jihad fi sabilillah. Peranan mereka sangat besar dalam membantu menegakkan Islam pada masa awal Nabi Muhammad menerima wahyu –walaupun pada kenyataannya masih dianggap sebagai tokoh mitos, yang belum tentu dapat dibuktikan secara historis, namun demikian, mereka dilibatkan dalam rangkaian cerita sebagai tokoh pelaku yang memainkan peran sangat menonjol dalam upaya penyebaran agama Islam.

Pupuh dalam Wawacan Samaun
Naskah ini berjudul Wawacan Samaun –sebagaimana tercatat pada lembar halaman empat. Teks naskah berbahasa Sunda dan beraksara Pegon, dengan bentuk penyajian karangan puisi bermetrum pupuh –kemungkinan besar merupakan naskah salinan abad ke-20. Bahan naskah, kertas bergaris –ukuran buku tulis standar dengan ketebalan 68 halaman.
Kondisi fisik, kertas bergaris warna kecoklatan –namun masih tidak terlalu sulit dibaca. Penjilidannya tidak ketat sehingga ada beberapa lembar yang hampir lepas –halaman 65-68, benang atau tali pengikat yang digunakan berupa tali yang biasa dipakai untuk membuat tikar. Tinta pada halaman 1-5 tinta berwarna hijau, halaman 1 dengan pensil, sedangkan halaman 5-68 menggunakan tinta berwarna biru tua. Pada dasarnya warna tulisan masih terang dan dapat terlihat dengan jelas –karena ukuran aksara yang lumayan besar. Kemungkinan karena naskahnya tidak pernah dibuka, sehingga warna tintanya tembus. Naskah ini sudah tidak memiliki sampul, kemungkinan karena terlepas, robek, atau memang tidak ada. Teks digubah dalam bentuk pupuh, di antaranya: Asmarandana, Mijil, Durma, Sinom, Magatru, Kinanti, Pucung, Sinom, dan lain-lain.
Secara singkat, teks naskah ini menceritakan tentang riwayat singkat masuk Islamnya Ki Halid dan Siti Hunah istrinya –semenjak mereka mempunyai anak laki-laki yang bernama Samaun. Pada awalnya, orangtua Samaun selalu menyembah berhala dan  tidak percaya dengan adanya Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Dengan lahirnya Samaun –bayi yang baru lahir tapi sudah bisa berbicara dan cerdas, mampu menyebarkan agama Islam pada kedua orangtuanya dengan mengucapkan dua kalimat Syahadat.
Putri Raja Kobti negara Su’ara –yaitu Siti Mariah ingin dinikahi oleh kangjeng Rosul, lalu dia mengutus Ki Barid untuk mengantarkan surat ke Madinah ke hadapan Nabi. Nabi pun kemudian berempug dengan para sahabatnya dan istrinya –Siti Aisyah. Mereka pun menyetujui Nabi menikahi Siti Mariah, karena Siti Mariah sangat mencintai Nabi dan mau mengikuti agama Nabi.
Kemudian Nabi mengutus balad Ansor dan Muhajirin, untuk mengirimkan surat balasannya. Namun, kedatangan mereka ke negara Su’ara tidak disambut dengan hangat, malah dicaci maki dan menjelek-jelekkan Nabi. Dari situlah mulai terjadi konflik peperangan antara Raja negara Su’ara yang dipimpin oleh Raja Kobti melawan Samaun –sahabat Nabi. Samaun pergi bersama 3.003 prajurit, sangat sedikit apabila dibandingkan dengan pasukan negara Su’ara yang berlipat-lipat. Walaupun begitu, Samaun dan pasukannya dapat mengalahkan pasukan negara Su’ara dan seluruh musuhnya takluk kepada Nabi. Banyak orang kafir yang mengikuti agama Nabi dan mengucapkan dua kalimah Syahadat, begitu pula dengan Siti Mariah. Dalam pertempuran itu badan Samaun banyak yang rusak tapi pulih kembali tak berbekas.

Wawacan Samaun
Ki Halid di negeri Mekah beristrikan Nyi Siti Huna. Mereka masih menyembah berhala. Karena putranya yang sembilan orang itu perempuan semua, mereka selalu berdoa agar dikarunia anak laki-laki. Permohonan kedua orang suami istri itu dikabulkan, maka lahirlah seorang anak laki-laki yang diberi nama Samaun. Begitu anak itu dilahirkan, kemudian berlari ke luar rumah dan bersujud kepada Allah sambil mengucapkan kalimat syahadat. Nyi Siti Huna sangat terkejut, apalagi ketika disuruh menyusu tidak mau bahkan berkata tidak mau menyusu karena ibunya seorang kafir. Demi kebahagiaan anaknya, kemudian Siti Huna masuk Islam dan mengucapkan syahadat.
Di tempat tidur, Samaun selalu bercakap-cakap dengan ibunya. Ki Halid melihat kenyataan bahwa anaknya baru tiga hari sudah dapat berbicara dan meminta agar ayahnya masuk Islam, maka Ki Halid pun masuk Islam dan mengucapkan syahadat.
Nabi Muhammad mendengar ada anak yang baru dilahirkan sudah dapat berbicara dan kedua orangtuanya sudah masuk Islam, berkenan pergi malayat. Samaun dipangku dan diciumi oleh Nabi Muhammad.
Abu Jahal mendengar Nabi Muhamad telah melayat keluarga Ki Halid, berkenan pula pergi menengok Samaun. Akan tetapi baru saja Abu Jahal masuk di pekarangan, Samaun berteriak-teriak mengancam sehingga Abu Jahal lari pontang-panting. Atas kelakuan Samaun semacam itu, menimbulkan kemarahan Abu Jahal. Patih Surakah diminta tolong oleh Abu Jahal agar Nabi Muhammad dan Samaun diusir dari Mekah. Ketika diadakan pembicaraan bagaimana caranya megusir Samaun, ternyata tidak ada yang sanggup. Oleh karena itu, Abu Jahal meminta bantuan kepada Kin Wan raja di negeri Iskandar.
Sebelum Kin Wan datang melapor Abu Jahal akan menangkap Samaun, dilewatinya rumah Samaun itu. Kin Wan terpancing pertengkaran mulut dengan Samaun sehingga kemudian berkelahi dan Kin Wan terbunuh. Rakyat Mekah geger menyaksikan Kin Wan terbunuh itu. Abu Jahal bertambah marah. Dikumpulkannya tentara dan dikepungnya rumah Samaun. Akan tetapi, setiap orang yang akan menangkap Samaun selalu mati terbunuh.
Samaun pada suatu ketika bertemu dengan Abu Jahal di pasar. Terjadilah percakapan yang tidak mengenakan Abu Jahal, apalagi setelah Samaun meminta Abu Jahal agar puterinya diberikan untuk dijadikan istri. Samaun masuk ke rumah Abu Jahal. Di rumah Abu Jahal, Samaun menjumpai dua orang wanita dan satu diantaranya adalah puteri Abu Jahal. Kedua orang wanita itu kemudian masuk Islam dan dibawa ke rumah Samaun. Abu Jahal bukan main berangnya, tetapi ia bingung pula memikirkan bagaimana cara mengusir Samaun dan Nabi Muhammad.
Tersebutlah di negeri Suara yang dirajai oleh Kobti mempunyai seorang puteri bernama Siti Mariyah. Walaupun sudah dilamar oleh banyak raja, tetapi selalu ditolak oleh ayahnya. Tanpa sepengetahuan ayahnya, Siti Mariyah menyuruh orang untuk datang kepada nabi Muhammad. Siti Maryah meminta Nabi Muhammad agar datang melamarnya. Mula-mula Nabi Muhammad bingung, tetapi setelah mendapat restu Siti Aisah istrinya, dan pula setelah mendapat wahyu, maka berangkatlah Nabi Muhammad beserta pengikut-pengikutnya ke negeri Suara. Raja Suara tidak senang atas kedatangan Nabi Muhammad itu dan terjadilah peperangan.
Peperangan antara balatentara Kobti dari negeri Suara dan tentara Nabi Muhammad dimenangkan oleh tentara Nabi Muhammad walaupun jumlah tentara Kobti jauh lebih banyak. Samaun dalam peperangan ini sangatlah besar jasanya, bahkan Siti Mariyah puteri raja Kobti pun dapat dibawa lari oleh Samaun, yang kemusian diserahkan kepada Nabi Muhammad. Raja Kobti berikut para pengawalnya mati terbunuh oleh Ali, sahabat nabi.
Para prajurit Kobti yang masih hidup bersama-sama Siti Mariyah kemudian masuk Islam. Seluruh harta kekayaan negeri Kobti dibawa ke negeri Mekah dan diperlakukan sebagai barang gonimah.

Wawacan Ahmad Muhamad
Raja Jenur yang beristrikan Dewi Kosasih mempunyai dua orang anak bernama Muhamad dan Ahmad. Sejak kecil kedua orang anak itu sudah ditinggal mati oleh ayahnya. Raja Jemur meninggalkan seekor burung perkutut yang bertuah. Menurut ramalan, barangsiapa dapat memakan kepala burung tersebut, kelak akan menjadi seorang senapati, dan yang dapat memakan badan burung tersebut kelak akan menjadi seorang raja. Ramalan tentang tuah burung perkutut itu terimpikan oleh seorang nakhoda dari negeri Habsi.
Nakhoda yang pernah mimpi tentang tuah burung perkutut kepunyaan Muhamad dan Ahmad, berusaha keras agar supaya memperolehnya. Ketika Muhamad dan Ahmad pergi mesantren, burung perkutut ditinggal di rumah bersama Dewi Kosasih. Nakhoda berhasil membujuk Dewi Kosasih sehingga kemudian burung perkutut itu oleh nakhoda disembelih dan dibakar. Akan tetapi ketika burung itu sedang dibakar dan akan dimakan, secara mendadak munculah Muhamad dan Ahmad. Direbutnya daging burung itu dari tangan nakhoda. Kepala burung dapat dimakan oleh Ahmad, sedangkan badan burung dapat dimakan oleh Muhamad. Setelah kedua orang anak itu memakan burung perkutut, maka serta merta mereka menjadi orang yang gagah berani. Kemudian mereka pergi berpetualang ke hutan.
Tersebutlah di kerajaan Mesir sedang diadakan sayembara pemilihan raja. Berdasarkan musyawarah, gajah putih yang berhak menentukan siapa yang akan menjadi raja Mesir. Dilepaskanlah gajah putih ke hutan oleh Baginda Benara.
Di tengah hutan Muhamad merasa dahaga. Disuruhnya Ahmad mencari air. Sementara itu Muhamad menunggu dan tertidur di bawah pohon. Ketika Muhamad sedang tidur, datanglah gajah putih. Oleh gajah putih, Muhamad diambil dan dibawa ke Mesir. Muhamad diangkat menjadi raja Mesir.
Setibanya Ahmad di tempat Muhamad yang menunggu di bawah pohon terkejut melihat Muhamad tidak ada. Ahmad pergi berusaha mencari kakaknya yang dianggapnya telah hilang. Tibalah Ahmad di sebuah negeri. Di sini Ahmad berdiam pada seorang janda dan di sini pula Ahmad berjumpa dengan Siti Bagdad yaitu seorang putri yang dicalonkan menjadi prameswari Muhamad dari Mesir.
Karena perkenalan Ahmad dengan Siti Bagdad menjadi akrab, Siti Bagdad berhasil mencuri azimat kepunyaan Ahmad. Atas perintah Siti Bagdad, Ahmad dibuang oleh para algojo kerajaan ke sebuah sungai.
Di perjalanan dalam pembuangan, Ahmad bertemu dengan raja jin, yaitu yang pernah mencuri sangkar burung perkutut tempo dulu. Oleh raja jin, Ahmad diberi tiga buah azimat yang berkhasiat sakti mandraguna. Setelah memperoleh azimat tersebut, Ahmad segera pergi kembali ke negeri Mesir dengan tujuan akan merebut kembali azimat yang pernah dicuri oleh Siti Bagdad. Dalam waktu yang relatif singkat, azimat itu dapat dimiliki kembali.
Siti Bagdad diculik oleh utusan raja Habsyi. Penculikan dapat digagalkan oleh Ahmad. Demikian pula pada penculikkan yang kedua kalinya oleh raksasa, dapat ditolong oleh Ahmad. Rupanya jodoh sudah menjadi suratan tangan Ahmad. Walaupun Ahmad sudah beristri Dewi Soja, Putri Nabi Sulaiman, Ahmad kawin lagi dengan Siti Bagdad.
Raja Habsyi yang dikalahkan oleh Ahmad tatkala menculik Siti Bagdad mempunyai putri yang cantik bernama Ratna Komala. Putri ini ternyata kemudian menjadi istri Muhamad raja Mesir. Setelah peristiwa inilah Ahmad dapat bertemu kembali dengan Muhamad, kakaknya yang telah menjadi raja Mesir. Kemudian Ahmad oleh Muhamad dijadikan senapati di kerajaan Mesir.

Wawacan Umar Maya
Semasa para khalifah memerintah dan menyebarkan agama Islam di tanah Arab, alkisah adalah seorang pahlawan Arab yang gagah berani dan tangguh dan bermain senjata perang, bernama Umar Maya. Ia memiliki kesaktian sehingga namanya terkenal ke seluruh penjuru negara-negara yang sudah memeluk agama Islam. Negara-negara yang belum takluk, merasa gentar akan kesaktian pahlawan Islam tersebut. Banyak diantaranya negara yang sudah takluk sebelum berperang, tetapi ada juga yang ingin mencoba dapat berhadapan dengan Umar Maya.
Adapun rahasia kesaktian Umar Maya itu terletak pada endong (kantung yang terbuat dari kain). Oleh karena itu, kantung endong tersebut tidak pernah lepas dari badannya, kemana pun dia pergi, endong selalu lekat di badannya, baik mandi sekalipun. Berkat kesaktian dan khasiat endongnya ini, kerajaan Arab makin lama makin luas saja. Akibatnya makin banyaklah negara yang mengabdi kepada negara Arab yang mengakibatkan upeti datang melimpah ruah setiap tahun. Dengan demikian kerajaan Arab pun makin makmur dan kaya raya.
Tersebutlah ada sebuah kerajaan yang belum takluk, negara ini sudah lama menunggu kesempatan untuk menyerang kerajaan Arab, karena ia telah mengetahui rahasia Umar Maya, yaitu terletak pada kantungnya. Untuk mengalahkannya, satu-satunya cara dengan mencuri endong kepunyaan Umar Maya. Berkat kecerdikan mata-mata yang dikirim ke negara Arab, raja berhasil mencuri kantung Umar Maya. Alangkah gegernya kerajaan dan rakyat Arab, ketika tersiar kabar bahwa kantung azimat hilang. Tetapi lama-lama terciumlah berita bahwa pencurinya itu dari kerajaan Wajesi.
Negara Arab dengan mendapat bantuan negara-negara yang telah takluk, menyerang negara Wajesi. Peperangan ini sangat dahsyar, karena betapa gigihnya perlawanan balatentara Arab, tetapi karena musuh memiliki endong Umar Maya, musuh sukar dikalahkan. Umar Maya yang berjuang mati-matian untuk mendapatkan kembali endong wasiatnya, beberapa kali terancam jiwanya. Akan tetapi, karena keberanian balatentara Islam yang pantang mundur dan dibekali keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya raja Wajesi menyatakan takluk. Akhirnya semua penduduk kerajaan Wajesi masuk Islam. Umar Maya dapat memiliki kembali endong wasiatnya, yang pernah jatuh ke tangan musuh.

Wawacan Ogin Amar Sakti
Baginda Ma’ruf raja kerajaan Madusari adalah putera Bagenda Hamzah, cucu nabi Yusuf, mempunyai dua orang istri. Istri pertama bernama Nurhayat, sedang istri kedua bernama Lasmaya. Bagenda Ma’ruf dari Nurhayat mempunyai dua anak tiri bernama Pangeran Sabang dan Raden Saka. Lasmaya sendiri adalah keturunan Wiku Bagawan Madali.
Bagenda Ma’ruf pergi berburu ke hutan. Lasmaya yang sedang hamil tua ditinggalkan bersama Nurhayat. Ketika Lasmaya melahirkan, Nurhayat menyuruh dukun beranak agar mata Lasmaya ditutup. Anak laki-laki yang lahir dari Lasmaya dibuang ke laut dan sebagai gantinya diletakan anak kucing, anak kera, dan seekor burung ciung. Setelah Bagenda Ma’ruf datang bukan main marahnya dan menuduh Lasmaya berbuat serong sehingga disuruhnya dibunuh. Namun atas nasihat patih Budiman, Lasmaya tidak jadi dibunuh melainkan dibuang ke hutan. Lasmaya dimasukkan ke dalam kerangkeng besi dan ketiga “puteranya” diikutsertakan. Kucing kemudian diberi nama Panji Malang, kera diberi nama Panca Tanran dan burung diberi nama Panji Layang. Ketiga “puteranya” itu dapat bertingkah seperti manusia dan dapat menceritakan kepada Lasmaya bahwa putera yang sebenarnya dibuang ke laut atas perintah Nurhayat.
Panca Tanran dan Panji Malang dapat mengambil pedang pusaka yang tersimpan di keraton Madusari. Dengan pedang tersebut kerangkeng dapat dihancurkan. Mereka kemudian berlindung di tanah ladang, di kaki gunung.
Antaboga, raja negeri Malebah dalam perjalanannya di pinggir laut menemukan seorang bayi laki-laki yang sedang terapung-apung. Bayi itu diambil, dipelihara dan diberi nama Amar Sakti. Setelah Amar Sakti dewasa diberi tahu oleh Antaboga tentang siapa sebenarnya Amar Sakti itu.
Amar Sakti diberi kesempatan berkelana mengelilingi negeri Malebah. Dalam kesempatan itu ia berjumpa dengan ibu serta adik-adiknya. Lasmaya dan ketiga “puteranya” dibawa oleh Amar Sakti ke Malebah dan diterima dengan baik oleh raja Antaboga.
Amar Sakti disuruh pergi ke Madusari oleh Antaboga untuk menjumpai ayahnya. Namun, diperjalanan di tengah hutan, Amar sakti berjumpa dengan rombongan Raja Bagenda Ma’ruf yang sedang kesulitan, karena ada seekor burung mengamuk. Ketika Bagenda Ma’ruf akan ditanduk oleh seekor banteng, Amar Sakti yang menyamar sebagai anak kampung dapat membunuh banteng. Amar Sakti yang menyamar dibawa oleh Bagenda Ma’ruf ke Madusari dan diberi tugas menemani pangeran Sabang dan Raden Saka. Di Madusari, Sarah berkesempatan berguru kepada Patih Budiman bersama-sama Pangeran Sabang dan Raden Saka.
Nurhayat tidak senang dengan adanya Sarah di keraton. Pada suatu kesempatan, Sarah dibawa pergi oleh Pangeran Sabang dan Raden Saka untuk mencari pedang yang hilang. Sarah dibunuh, kepada raja dilaporkan bahwa pedang tidak dapat ditemukan, sedangkan sarah mati diterkam binatang buas. Raja bersedih hati merindukan pedang yang hilang.
Karena Antaboga itu sebenarnya raja jin Islam. Ia mengetahui Amar Sakti yang berganti nama menjadi Sarah itu mati di tengah hutan. Antaboga segera datang dan menghidupkan kembali serta membuat pedang tiruan yang serupa dengan pedang kepunyaan Bagenda Ma’ruf yang hilang. Sarah disuruh pergi mengantarkan pedang ke raja Madusari. Kepada raja, sarah melaporkan bahwa benar ia diterkam badak, dan di dalam perut badak ada seorang perempuan yang dijaga oleh seekor kucing, dan seekor burung. Dikatakan oleh Sarah bahwa pedang itu diperoleh dari ketiga ekor binatang itu. Setelah menyerahkan pedang, Sarah pergi pamit untuk pulang ke kampung.
Dalam perjalanan pulang, Sarah tiba di negeri Mulki. Rajanya yang bernama Mulkiyah mempunyai seorang putri yang cantik bernama Bidayasari. Di negeri Mulki, Sarah berganti nama menjadi Ogin dan di sini dipungut anak oleh tukang kebun bunga. Bidayasari sangat senang kepada keindahan dan bunga-bungaan.
Bidayasari dilamar oleh raja Madusari untuk dikawinkan kepada putranya, Pangeran Sabang dan Raden Saka disuruh tinggal di Keraton Mulki. Tetapi, Bidayasari tidak melayani malah pergi ke kampung dan mencintai Ogin, serta Ogin dibawa ke istana.
Raja Gumati dari kerajaan Geulang Karaton mencintai Budayasari. Dirga Bahu dan Jaya Kelana, patih kerajaan geulang Karaton menculik Bidayasari. Seluruh negeri geger dan pasukan tentara dikerahkan mencari. Ogin semula tidak ikut mencari, akan tetapi manakala raja menyatakan bahwa barang siapa dapat menyelamatkan Bidayasari akan dijadikan menantu, Ogin pun pergi mencari putri. Setelah sampai di luar istana, Ogin menjelma menjadi Amar Sakti dan kuda sakti pemberian Antaboga yang bernama Gelap Sakti siap membantunya. Akhirnya, penculik putri dapat dikalahkan dan putri dapat diselamatkan. Amar Sakti menolak mengantarkan putri ke istana walaupun putri menyatakan cinta kepada Amar Sakti. Dan oleh Amar Sakti diceritakan bahwa tahu putri diculik itu dari si Ogin. Amar Sakti meminta kepada putri bahwa untuk calon suami harus mengadakan sayembara yang isinya barang siapa dapat membawa kera, kucing dan burung yang bisa menyanyi dan berbicara, itulah jodohnya. Setelah berkata tentang permohonan sayembara, Amar Sakti menghilang dan muncul kembali si Ogin. Putri marah kepada si Ogin sebab tidak terus terang mempunyai majikan tampan.
Raja Mulki mengadakan sayembara, kepada pelamar pertama yaitu Pangeran sabang, raja berkata bahwa sayembara itu dilakukan untuk keadilan karena ada seratus orang pelamar. Si Ogin permisi pulang kampung dan kepada Antaboga berkata bahwa ia mencintai putri. Antaboga menyuruh Panji Malang, Panji Layang dan Panca Tanran melamar putri. Karena ketiga binatang itu kelakuannya seperti manusia dan sangat menyenangkan, raja menerima lamaran.
Patih Durjaman mempengaruhi raja Mulki yang sedang bingung. Patih menyarankan agar dilakukan perkawinan dengan Pangeran Sabang dari Madusari. Akan tetapi, pada saat perkawinan dilangsungkan, datanglah rombongan Lasmaya dari Malebah dan mendesak bahwa putranyalah yang berhak menjadi suami sang putri. Terjadilah pertarungan antara Madusari dan Malebah. Dewi Lasmaya ikut berperang dan tidak dapat dikalahkan. Nurhayat akhirnya diketahui berbuat curang. Maka Bagenda Ma’ruf kembali berpramesuri Lasmaya, sedangkan Ogin Amar Sakti menikah dengan Bidayasari.

Wawacan Babad Nabi
Abdul Mutalib, raja Mekah, bermimpi di belakang rumahnya tumbuh pohon yang besar sekali. Tingginya melewati langit. Pohon itu bercabang keempat penjuru angin, ke Barat, ke Timur, ke Utara dan ke Selatan. Panjangnya cabang pohon tak terkira, sehingga ke tepi arah angin masing-masing. Pada setiap helai daunnya ada orang yang menggantung berpegang padanya.
Ketika ditanyakan kepada semua tukang nujum dan ramal akan tabir mimpi tersebut, dikatakan oleh para peramal bahwa ia akan mempunyai seorang putera, yang dahinya terdapat nurbuat Rasulullah. Dia akan menjadi tumpuan sejagat, yang berkilauan cahayanya menerangi semesta alam.
Abdul Mutalib berputera dua belas orang. Diceritakan dua orang anaknya bernama Abdullah dan Amir Hamzah. Di antara kedua belas anaknya itu hanya seorang perempuannya, yaitu Dewi Hadijah.
Siti Hindesah, puteri raja Essam, yang hafal kitab-kitab Taurat, Jabur, Injil, dan menguasai ilmu sara serta ilmu nalar, mengetahui bahwa nurbuat Rasulullah akan diturunkan di Mekah kepada yang bernama Abdullah. Dia bersama tentara kerajaan ayahnya berkunjung ke Mekah dan membuat kemah di pinggri kota. Dia bermaksud melamar Abdullah. Lamarannya ditolak meskipun telah membagi-bagikan hadiah kepada putera raja Mekah, dia kawin dengan Abu Sofyan, yang kemudian berputera Muawiyah, yang menjadi raja Ersam.
Pada malam Jum’at semua penduduk Mekah, berdoa di Kabah, memohon kepada Allah kepada siapa turunnya nurbuat Rasulullah. Terdengar suara bahwa bakal istri Abdullah adalah yang bernama Siti Aminah, puteri Sulban Aburah, Bani Najr dari Madinah. Abdullah dikawinkan dengan Siti Aminah.
Ketika Aminah mengandung, setiap bulan bermimpi dikunjungi para nabi. Pada bulan pertama bermimpi bertemu dengan Nabi Adam, bulan kedua dengan Nabi Idris, bulan ketiga dengan Nabi Enuh, bulan keempat dengan Nabi Ibrahim, bulan kelima dengan Nabi Ismail, bulan keenam dengan nabi Musa, bulan ketujuh dengan nabi Daud, bulan kedelapan dengan Nabi Sulaeman dan bulan kesembilan dengan Nabi Isa. Pada saat bayi yang dikandungnya berumur enam bulan Abdullah sakit dan kemudian meninggal di Mekah.
Raja Habsah beserta tiga belas raja lainnya menyerbu Masjidilharam di Mekah. Dikatakan oleh Abdul Mutalib bahwa Baitullah adalah kepunyaan Allah. Tetapi raja Habsyi bersikeras akan menghancurkannya.
Semua orang Mekah berdoa di Baitullah, Masjidilharam, agar orang Habsyi dihancurkan. Ketika orang Habsah akan menyerang Mekah datanglah bala tentara Allah yang berupa burung Sijil. Setiap ekor membawa tiga buah batu berapi yang apinya dari neraka, dua buah digenggamnya dan sebuah diparuhnya. Raja Habsah beserta bala tentaranya mati hancur oleh lemparan batu berapi itu.
Waktu Siti Aminah melahirkan, datanglah seekor burung yang membawa kendi berisi air dan kain. Ketika itu tiba pula empat orang wanita cantik, yaitu Babu Hawa istri nabi Adam, Dewi Anjar isteri Nabi Ibrahim, Dewi Aisah bakal istri Nabi Muhammad dan Dewi Mariam, ibu Nabi Isa.
Karena keistimewaan sang bayi, ada empat hal yang terjadi, yaitu Abdullah tidak mau kawin kecuali dengan Aminah, sebelum bayi dilahirkan ayahnya sudah meninggal, ada 600 wanita meninggal karena ingin dikawin Abdullah dan ketika Aminah salat di Masjidilharam semua berhala jatuh bersujud.
Ketika Aminah melahirkan, dia tidak mengeluarkan darah, tidak merasa sakit, tapi tercium bau harum mewangi dan dari bayi keluar cahaya berkilauan. Seperti pesan para nabi, bayi yang dilahirkan Aminah diberi nama Muhammad. Banyak nama yang lain diberikan oleh mahluk Allah yang lain ialah Abdulrojak. Para nabi memberi nama pada bayi tersebut Abdulwahab, jin setan dan angin menamakannya Abdurrakhman, malaikat yang ada di gunung menamakannya Abdul Malik, samudera menamakannya Abdul Mahali, ikan menamakannya Abdul Qudusi, lalat menamakannya Abdul Muhyi, binatang buruan menamakannya Abdussalam, binatang pemakan daun menamakannya Abdul Malik, kitab Jabur menamakannya Halillah, kitab Injil menamakannya Nuzi, kitab seratus empat dan aksara menamakannya Ahmad. Tetapi kesemuanya menyebut bayi tersebut dengan nama Muhammad.
Karena Aminah tidak mengeluarkan air susu untuk bayinya, maka dicarilah seseorang untuk menyusui Muhammad. Istri Haris yang bernama Halimah, yang berasal dari Husen mencari pekerjaan sebagai yang menyusui bayi, meskipun air susunya hanya keluar dari yang sebelah. Banyak orang yang menolak menyusui bayi yang bernama Muhammad karena dia anak yatim, jadi tentu upahnya sedikit. Tetapi halimah tetap ingin menyusui bayi tersebut.
Dengan persetujuan Abdul Mutalib, Halimah menyusui Muhammad. Tiba-tiba air susunya menjadi subur. Muhammad menyusu dengan lahapnya. Ketika Muhammad dibawa ke Kabah, hajar aswad menghampirinya dan menciumnya.
Muhammad dibawa ke negeri Husen oleh Halimah. Pada waktu malam hari tak pernah menyalakan lampu karena terang dari cahaya yang keluar dari Muhammad. Pepohonan dan tanaman lainnya yang dilewati Muhammad menjadi subur. Semua buah-buhan keluar buahnya dan sangat lebat. Negeri Husen yang kering, menjadi subur. Istri yang bersuami, jadi mengandung.
Dalam perjalanan selalu dilindungi awan sehingga tidak merasa panas, Muhammad selalu disukai oleh semua. Badanya tegap, mukanya cakap, suaranya empuk. Bila melihat ke langit atau bumi, terlihat semuanya, meskipun dari Masrik sampai Magrib. Bila memberi salam, tidak terhalangi. Bila tertidur, semua tingkah manusia terlihat. Dia tidak pernah terlihat membuang kotoran. Bila berkeringat, keringatnya harum baunya. Muhammad selalu dijaga oleh malaikat dari segala arah, muka, belakang, samping kiri dan kanan, masing-masing tujuhpuluh malaikat.
Muhammad pernah dibawa ke Mekah oleh Halimah, tetapi kemudian dibawa kembali ke Husen. Dalam perjalanan kembali ke Husen, ketika berteduh di bawah pohon bajan, tiba-tiba pohon bajan itu berbunga. Bunganya berkilauan dan harum baunya. Hal ini terlihat oleh golongan Nasoro dengan balatentaranya. Seorang padri yang memimpin kaum Nasro segera membuka kitab yang dibawanya. Dikatakannya bahwa pohon bajan tidak pernah berbunga. Pohon bajan itu akan berbunga setelah 600 tahun setelah kelahiran Nabi Isa. Bila berbunga kelak, kata kitab tersebut, tentu ada seorang anak yang bernama Muhammad, bakal seorang nabi penutup. Awan putih selalu menaungi kemana anak itu berjalan.
Setelah kaum Nasro yakin akan tanda-tanda yang cocok dengan keadaan waktu itu, padri memerintahkan bala tentaranya untuk membunuh anak tersebut karena katanya bila sudah besar dia akan menyuruh mereka berpindah agama. Ketika bala tentara akan menyerang anak itu, datanglah angin ribut. Hari menjadi gelap, sehingga tidak terlihat mana kawan mana lawan. Mereka berkelahi dan berperang dengan tentaranya sendiri sehingga banyak yang tewas. Setelah hari terang, Muhammad dan rombongannya sudah tidak ada.
Ketika Muhammad sedang mengembalakan domba, dia didatangi oleh malaikat Jibril dan Mikail. Dada Muhammad dibedah, dibersihkan dari segala kotoran, dibersihkan dengan air surga. Kemudian diisikan ke dalamnya Qur’an 30 juz, syariat, tarikat, iman, tauhid, marifat Islam, dan ilmu-ilmu lain. Setelah selesai dadanya diusap dan pulih seperti sediakala kemudian diberi nama Habibullah.


Wallohu ‘alam…

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar