Senin, 19 Januari 2015

Kesemek, si Apel Cikajang



Garut, merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang kaya akan sumber daya genetik tanaman dan mempunyai keunggulan spesifik. Salah satu plasma nutfah tanaman yang dapat dijumpai di Kabupaten Garut, adalah: Buah Kesemek. Kesemek bisa dikatakan sebagai buah yang paling genit dan suka berbedak, gara-gara kulit buahnya ditempeli serbuk putih. Selain itu, lantaran bentuknya mirip apel, maka di Garut, Kesemek mendapatkan julukan sebagai: Apel Cikajang. Padahal, di balik itu semua, buah Kesemek merupakan salah satu alternatif alami untuk mendapatkan tubuh sehat dan bugar. Karena, buah ini memiliki kandungan nutrisi yang tidak kalah hebatnya dengan buah apel.
Kesemek, buah geulis.

Kesemek, Buah Berbedak
Buah Kesemek atau buah Kaki –nama ilmiahnya: Diospyros kaki L.f. merupakan salah satu tanaman buah klasik yang berasal dari Cina. Kaki, dalam bahasa Jepang, adalah nama zat tanin yang dihasilkan buah ini. Dalam bahasa Inggris, Kesemek ini disebut juga sebagai The Oriental (Chinese/Japanese) Persimmon. Sedangkan di Israel, buah ini dikenal dengan nama: Sharon fruit. Dari negeri asalnya, buah Shi –dalam bahasa Cina ini diintroduksikan ke berbagai negara pada awal abad 19 atau sekitar tahun 1800-an, antara lain ke Korea dan Jepang bahkan sampai ke negara Itali, Israel, Amerika Serikat (California) dan Brazil. Di Jawa Barat –utamanya di Kecamatan Cikajang dan Cisurupan, Kabupaten Garut, diperkirakan Kesemek telah ditanam di daerah ini sejak tahun 1902. Di dua kecamatan ini, pertanaman Kesemek tumbuh pada lahan kering dengan kelerengan lahan 0-40%.
Tanaman ini, pertumbuhannya lambat –mulai berbuah pada umur 8-12 tahun. Pada saat tanaman masih muda berbentuk semak, namun setelah tanaman dewasa akan tumbuh menjadi tanaman yang berbatang banyak –multitrunked/ dioesis (dioecious, berumah dua) atau berbatang tunggal –single-stemmed/monoesis. Kesemek, merupakan jenis tanaman yang menggugurkan daun/berganti daun –deciduous tree dengan tinggi tanaman sampai dengan 15 meter. Diameter batang tanaman dewasa 7,5 – 25,0 cm, dengan kulit batang yang halus. Percabangan, agak rapuh –regas dan mudah rusak –akibat angin kencang. Kesemek yang matang, berwarna antara jingga kekuningan sampai kemerahan dan berdiameter antara 2-8 cm. Jarak tanam populasi tanaman Kesemek, beragam, yakni: pada lahan dengan kelerengan landai (0-10%) antara 6-8 x 2-5 meter, sedangkan pada lahan dengan kelerengan agak curam sampai dengan curam (15-40%) antara 6-10 x 4-6 meter. Pada lahan sekitar pemukiman penduduk, tanaman Kesemek hanya dipertahankan di tepi lahan yang berfungsi pula sebagai pagar pembatas pekarangan.
Walaupun tanaman Kesemek berasal dari daerah subtropis –yakni: Cina, namun demikian, tanaman ini mampu beradaptasi dengan baik pada kisaran iklim yang memiliki suhu sedang –termasuk wilayah dataran tinggi yang berada di daerah tropis seperti di Kecamatan Cikajang, Bayongbong, dan Cisurupan, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Pertumbuhan tanaman, akan lebih baik pada wilayah dataran tinggi dengan ketinggian lebih dari 1.000 m di atas permukaan laut –seperti di Kecamatan Cikajang (1.300 m dpl) dan di Kecamatan Cisurupan (1.250 m dpl). Tanaman Kesemek memiliki toleransi terhadap kisaran kondisi jenis tanah, namun demikian, tanaman ini akan mampu tumbuh dan memperoleh hasil yang baik pada jenis tanah yang memiliki drainase yang baik dan dengan solum tanah dalam, tanah tidak terlalu berat, dengan pH tanah yang optimal adalah antara 5,5-6,5. Siklus pertumbuhan tanaman Kesemek pada setiap tahunnya dapat dibedakan berdasarkan pada beberapa fase, antara lain: fase gugur daun; fase pertunasan; fase pembungaan; fase pembentukan bakal buah dan buah; serta fase pemasakan/penuaan buah –antara satu fase dengan fase lainnya, ada yang terlihat dengan jelas namun ada pula yang tidak jelas.
Berdasarkan beberapa sifat morfologi pembeda, diketahui bahwa, terdapat dua kultivar tanaman Kesemek yang berkembang di daerah Garut, yakni: Kultivar Reundeu dan Kapas –berdasarkan sebutan daerah setempat. Sedangkan menurut paraahli, yang disebut kultivar “Reundeu” adalah kultivar “Eureka”, sedangkan yang disebut kultivar “Kapas” adalah kultivar “Hachiya”. Karakteristik kultivar Reundeu atau Eureka, antara lain: umumnya memiliki bentuk buah sedang-besar dengan bentuk persegi; terdapat kerutan di sekitar calyx –seludang/pangkal buah; warna kulit buah oranye; tekstur daging buah agak padat dan kering; warna daging buah kuning-oranye; fase pemasakan buah agak lama dibandingkan dengan kultivar Kapas atau Hachiya; pertumbuhan tanaman lambat; daun gugur hampir sekaligus/serentak. Sementara itu, karakteristik kultivar Kapas atau Hachiya, antara lain: umumnya memiliki ukuran buah besar dengan bentuk conical; kulit buah halus dan mengkilap berwarna oranye-tua sampai merah; warna daging buah kuning-tua; tekstur daging buah lunak (basah); rasa lebih manis dari kultivar Reundeu atau Eureka. Selain itu, Kesemek dapat diklasifikasikan kedalam dua tipe (kategori) umum, yaitu: tipe Astrinjen –Astringent Variety dan Nonastrinjen –Nonastringent Variety. Tipe Astrinjen –yang dibudidayakan di Garut, adalah tipe buah yang tidak dapat langsung dikonsumsi karena terdapat kandungan tanin yang tinggi –yang dicirikan dengan rasa kesat. Untuk dapat dikonsumsi langsung dalam bentuk buah segar, buah tipe Astrinjen ini memerlukan perlakuan pemeraman atau diolesi dengan air kapur –agar rasa sepatnya hilang. Perendaman di dalam larutan kapur yang dilakukan di dalam bak-bak perendaman pada konsentrasi larutan kapur (CaCo3) 12,5-15,0 g/liter air, dengan lama perendaman 3-5 hari –tergantung pada suhu udara lingkungan sekitarnya. Apabila suhu udara lingkungan, relatif rendah, maka waktu perendaman 4-5 hari, dan apabila suhu udara lingkungan relatif tinggi waktu perendaman 3-4 hari. Setelah perlakuan perendaman buah pada larutan kapur, bobot buah akan menyusut 15-25%. Tipe Astrinjen dapat diproses menjadi bentuk olahan kering atau diolah menjadi: sale/manisan; agar-agar; dan es krim.
Perbanyakan tanaman Kesemek tipe Astrinjen ini, dilakukan dengan menggunakan tunas akar yang keluar dari bagian bawah tanaman induknya. Cara petani di Kabupaten Garut dalam perbanyakan tanaman Kesemek ini, dilakukan dengan dua cara, yakni: Cara langsung, dilakukan dengan penanaman kembali tunas akar yang dipotong dari induknya sesegera mungkin setelah pemotongan. Sedangkan Cara Tidak Langsung, dilakukan dengan memindahkan terlebih dahulu tunas akar yang telah dipotong ke dalam kantong plastik berisi tanah –polybag, dan setelah bibit agak besar, baru ditanamkan.
Tanaman Kesemek berbuah dan dapat dipanen hanya sekali dalam setahun, yakni: pada umur 7-8 bulan sejak pembungaan dan pertunasan (pasca fase gugur daun). Panen buah pada tanaman Kesemek, dilakukan secara tradisional dengan cara memanjat pohon dan memetik buahnya. Buah yang dipanen adalah buah yang sudah cukup masak, dengan tingkat kemasakan 80 persen, yang dicirikan dengan warna buah telah berwarna kuning muda dan di sekitar pangkal buah berwarna kuning tua. Buah dipetik berikut tangkai buah dan seludangnya –calyx yang masih tetap melekat kuat pada pangkal buah.

Manfaat Buah Kesemek
Terdapat banyak zat kimia hebat dalam buah Kesemek, diantaranya: terdapat senyawa-senyawa antioksidan yang selain berkhasiat untuk mencegah kanker, juga dapat menghambat proses penuaan dini. Mengkonsumsi satu butir Kesemek tiap harinya juga sudah terbukti dapat membantu mencegah pengerasan pembuluh darah. Ini karena Kesemek mampu menjaga tekanan darah agar tidak melewati ambang batas normal. Dengan terpeliharanya kelenturan pembuluh darah dan stabilnya tekanan darah, secara tidak langsung kesehatan jantung manusia juga akan terpelihara. Buah Kesemek yang muda mengandung zat tanin –tanin-kaki, yang menimbulkan rasa sepat pada buah, zat ini akan berkurang bersama dengan masaknya buah. Tanin-kaki dimanfaatkan untuk mengawetkan berbagai kerajinan tangan, membantu produksi arak beras –di Jepang, serta bahan pengobatan penyakit hipertensi.
Adapaun beberapa khasiat dari buah Kesemek yang biasa dimanfaatkan masyarakat di wilayah sentra produksi Kesemek di Kabupaten Garut, adalah: (1) Daun: digunakan juga sebagai obat sakit perut (buang-buang air), penggunaannya dengan cara dikunyah beberapa saat dan kemudian ditelan; (2) Tangkai buah –Cupat: dipercaya dapat digunakan sebagai obat penurun panas dan meredakan demam, dengan cara: tangkai buah berikut seludangnya dipisahkan dari daging buah, lalu dikeringkan, setelah kering direndam dalam air panas, tunggu hingga air rendaman menjadi hangat dan diminumkan kepada penderita; dan (3) Daging buah: selain mengandung vitamin A, juga dapat dimanfaatkan untuk mengobati keracunan makanan, sebagai penetralisir racun dalam tubuh, dengan cara memakan daging buah yang telah masak di pohon.

Penutup
Produktivitas hasil buah Kesemek dan pendapatan petani pada sentra produksi di Kabupaten Garut, masih memiliki peluang untuk ditingkatkan melalui intensifikasi, seperti: pemeliharaan; pemupukan; proteksi tanaman; dan rehabilitasi pertanaman. Hal ini diperlukan, mengingat umur pertanaman yang rata-rata sudah relatif tua, sehingga perlu upaya rehabilitasi, serta mengingat replanting tanaman terutama pada lahan-lahan yang berada pada topografi lahan bergelombang, berbukit/berlereng, sampai bergunung. Usaha budidaya Kesemek di Kabupaten Garut sampai saat ini, masih dikelola secara tradisional pada skala kecil di lereng perbukitan dan pekarangan rumah. Budidaya tanaman Kesemek, masih dilakukan secara monokultur maupun tumpangsari dengan jenis tanaman sayuran lainnya. Penurunan populasi tanaman Kesemek terjadi akibat petani mengganti tanaman Kesemek dengan tanaman sayuran berumur agak panjang lainnya –kentang, kubis, dan buncis. Bahkan pada saat tanaman Kesemek memasuki fase gugur daun –sekitar akhir bulan Juli sampai dengan bulan September (selama 1-2 bulan), umumnya petani memanfaatkan lahan dibawahnya yang terbuka untuk ditanami oleh tanaman sayuran berumur pendek, seperti: selada dan jagung manis. Masalah yang dihadapi petani adalah kurangnya pengetahuan teknik budidaya dan pascapanen, sedangkan permasalahan yang dihadapi oleh pedagang dan pengrajin industri pengolahan adalah kebutuhan inovasi teknologi tentang alat dan teknik proses serta introduksi diversifikasi produk olahan buah kesemek.
Mengingat nilai gizi dan potensi ekonomi yang dimiliki buah Kesemek serta adanya ancaman kepunahan akibat konversi tanaman serta konversi penggunaan lahan, maka perlu adanya upaya serta langkah kongkrit yang didukung melalui kebijakan pemerintah dalam rangka melestarikan tanaman tersebut, khususnya di Kabupaten Garut. Dengan demikian, Kesemek sebagai salah satu aset sumber daya genetik setempat yang terancam kepunahan akibat terdesak oleh budidaya tanaman sayuran yang lebih bernilai ekonomis maupun terdesak oleh perubahan tata-guna lahan, dapat dihindari.


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar