Rabu, 31 Agustus 2016

Cagar Biosfer di Caribbean van Celebes



WAKATOBI adalah singkatan dari Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Kabupaten yang berjuluk Caribbean van Celebes ini pada tahun 2012 ditetapkan sebagai kawasan Cagar Biosfer Dunia oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO). Tidak hanya menjanjikan surga bawah laut yang menawan saja, WAKATOBI juga menawarkan wisata tradisi dan atraksi budaya yang mempesona.
WAKATOBI (Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, Binongko), Sulawesi Tenggara.

Cagar Biosfer
Wakatobi merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara. Ibu kota kabupaten ini terletak di Pulau Wangi-Wangi (penduduk setempat, menyebutnya sebagai Pulau Wanci). Sebelum menjadi daerah otonom, wilayah Kabupaten Wakatobi lebih dikenal sebagai Kepulauan Tukang Besi –terkenal sebagai tempat parapandai besi berasal. Parang dan pisau yang dibuat oleh pengrajin, terkenal sangat kuat, tajam, dan tahan karat.
UNESCO, menetapkan kawasan Taman Nasional Laut Wakatobi, sebagai salah satu kawasan cagar biosfer dunia. Penetapan Wakatobi sebagai cagar biosfer dunia itu disepakati pada pertemuan "Penasihat Internasional Committee untuk Biosphere Reserve Program MAB (Man and Biosphere) UNESCO" ke-18 di Paris tanggal 2-4 April 2012. Terdapat tiga kepentingan yang dilindungi UNESCO dalam menetapkan TN Wakatobi sebagai pusat cagar biosfer dunia tersebut, yaitu: kearifan lokal masyarakat Wakatobi, kelestarian lingkungan, dan kepentingan ekonomi masyarakat yang berkelanjutan. Kearifan Lokal yang dilindungi di Wakatobi adalah menyangkut tradisi budaya masyarakat dalam memperlakukan alam dan mengambil sesuatu dari alam, Kelestarian Lingkungan yang dilindungi karena kawasan perairan laut TN Wakatobi memiliki keragaman terumbu karang dan biota laut yang cukup tinggi dibandingkan dengan kawasan-kawasan lain yang ada di dunia, Kepentingan Ekonomi yang dilindungi menyangkut bagaimana masyarakat di kawasan Wakatobi dapat memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada secara berkelanjutan, tanpa mengganggu keseimbangan lingkungan.
Indonesia telah mengenal cagar biosfer sejak tahun 1977. Saat itu, UNESCO  menetapkan  4 wilayah di Indonesia sebagai cagar biosfer. Wilayah tersebut berada di sekitar taman nasional di daerah Cibodas (Cagar Biosfer Cibodas meliputi kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Provinsi Jawa Barat yang mencakup wilayah Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur), Tanjung Putting (Cagar Biosfer Tanjung Puting Provinsi Kalimantan Tengah meliputi daerah Kabupaten Kotawaringin mencakup hutan hujan tropika dataran rendah, hutan tanah kering, hutan rawa air tawar, hutan mangrove, hutan pantai dan hutan sekunder. Kawasan ini merupakan kediaman orang utan, bahkan saat ini menjadi pusat rehabilitasi orang utan terbesar di dunia. Setidaknya ada tiga tempat rehabilitasi, yakni: Tanjung Harapan, Pondok Tanggui, dan Camp Leakey.), Lore Lindu (Cagar Biosfer Lore Lindu Sulawesi Tengah meliputi wilayah administratif Kabupaten Donggala dan Kabupaten Poso, ekosistem zona inti adalah hutan pamah tropika, hutan pegunungan bawah, hutan pegunungan dan hutan sub Alphin pada ketinggian di atas 2000 meter di atas permukaan laut. Di zona inti Lore Lindu terdapat berbagai satwa endemik, beberapa yang terkenal antara lain: babi rusa, tarsius dan maleo. Selain tumbuhan dan satwa, kawasan ini juga terkenal dengan situs batu megalitiknya), dan Komodo (Cagar Biosfer Komodo Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur, mencakup Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Padar dan 26 pulau lainnya).
Seiring dengan berjalannya waktu, jumlah wilayah yang ditetapkan sebagai cagar biosfer terus bertambah. Hingga saat ini, Indonesia telah memiliki 8 cagar biosfer. Cagar Biosfer Pulau Siberut ditetapkan pada tahun 1981, terletak di lepas pantai Sumatera Barat, dipisahkan oleh Selat Mentawai. Ekosistemnya ditutupi oleh hutan primer Dipterocarpaceae, hutan primer campuran, rawa, hutan pantai dan hutan mangrove. Cagar Biosfer Gunung Leuser ditetapkan pada tahun 1981, meliputi Provinsi Sumatera Utara dan Nangroe Aceh Darussalam. Gunung Leuser bisa dikatakan mewakili ekosistem yang paling lengkap meliputi hutan pantai, dan hutan hujan tropika dataran rendah sampai pegunungan. Kawasan ini juga menjadi tempat tinggal harimau, gajah dan badak. Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu ditetapkan pada tahun 2009, berada dalam wilayah administratif Provinsi Riau. Kawasan intinya terdiri dari Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil, Suaka Margasatwa Bukit Batu, konsesi hutan produksi Sinar Mas serta eks HPH PT. Rimba Rokan Lestari.

Ciri Khas WAKATOBI
Pulau Wangi-Wangi
Budaya: Upacara adat Kabuenga, upacara mencari jodoh/mencari pasangan hidup.
Makanan Khas: Kambalu adalah makanan pengganti nasi yang terbuat dari talas dan santan kelapa yang dibungkus daun kelapa dan dikukus.
Tempat Wisata: Benteng Tindoi, Benteng Liya (di dalam benteng terdapat Masjid Keraton Liya), Benteng Mandati Tonga, Benteng Togo Molengo, dan Mercusuar.
Pulau Kaledupa
Budaya: Tari Lariangi, Tari Hebalia (untuk mengusir roh-roh jahat yang membawa sial pada keluarga atau kampung), Tari Sombo Bungkale (menggambarkan proses sombo atau pingit), Tari Honari (sebagai ungkapan kegembiraan gadis-gadis setelah selesai di sombo (dipingit), Pesta adat Karia’a, Tradisi pencak silat (seni bela diri Mansaa dan Posepaa).
Makanan Khas: Tombole (sejenis lemper terbuat dari ubi dan cara memasaknya dengan menggunakan teknik Hebatu yakni menggunakan batu)
Tempat Wisata: Situs sejarah (Makam Tua dan Kamali), Benteng Ollo (di dalam benteng terdapat Masjid Tua), dan Benteng La Donda.
Pulau Tomia
Budaya: Pesta Adat Safara (saling menyiram satu sama lain yang diawali dengan doa sesepuh adat), Tradisi Bose-Bose (menghiasi perahu dengan hiasan berwarna-warni dan dimuati sajian masakan tradisional, seperti Liwo, lalu diarak mengelilingi pantai dari Dermaga Patipelong menuju Dermaga Usuku sampai ke Selat One Mobaa), Tari Sajo Moane, Tari Saride (mengungkapkan rasa syukur masyarakat setelah menyelesaikan pekerjaan dengan sukses).
Terdapat Kerajinan Tempurung Kelapa (tempurung kelapa dibuat dalam berbagai bentuk seperti alat dapur, hiasan ruang tamu, dan lain-lain).
Tempat Wisata: Benteng Patua, Benteng Suo-Suo, dan Masjid Tua Onemay.
Pulau Binongko
Budaya: Tari Balumpa (tarian pergaulan yang ditampilkan oleh penari wanita untuk menyambut para tamu terhormat).
Makanan Khas: Luluta merupakan nasi ketan dengan santan yang dimasukkan ke dalam bambu, lalu dibakar. Parrande merupakan jenis penganan yang berupa sup ikan (potongan ikan parrande yang dibumbui bawang merah, bawang putih, asam, sereh dan kunyit). Kasuami merupakan ampas parutan singkong yang diperas berulang-ulang, kemudian dibentuk segitiga mirip nasi tumpeng. Biasanya dilumuri dengan bawang. Karasi merupakan jenis cemilan yang terbuat dari tepung beras, dicetak lalu digoreng, bentuknya mirip lipatan jaring, dipadu dengan kopi atau teh panas.
Terdapat Kerajinan Tukang Besi (Jenis Parang dapat dibuat sesuai pesanan pelanggan).
Tempat Wisata: Benteng Palahidu, dan Benteng Wali.


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar