Minggu, 28 Agustus 2016

Roket Rasa Garut



Komurindo dan Kombat merupakan upaya untuk menciptakan ajang yang memancing kreativitas generasi muda di bidang ilmu pengetahuan teknologi penerbangan dan antariksa. Kegiatan ini menjadi acara tahunan setiap Agustus untuk memperingati lahirnya Undang-Undang Keantariksaan dan merupakan hasil kerjasama LAPAN, Kementerian Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi, serta Pemerintah Kabupaten Garut. Parapeserta diharapkan menjadi pengembang keantariksaan dan dengan kompetisi ini akan mendorong generasi muda memahami teknologi antariksa, satelit, dan roket, untuk selanjutnya menjadi sebuah edukasi bagi publik, sehingga masyarakat mengerti dan mendukung keantariksaan.

Komurindo Kombat 2016
Komurindo –Kompetisi Muatan Roket dan Roket Indonesia adalah kompetisi tahunan rancang bangun muatan roket dan roket EDF tingkat perguruan tinggi yang diselenggarakan sejak tahun 2009. Dalam ajang ini, para-mahasiswa ditantang untuk membangun suatu sistem monitoring dan pengukuran yang stabil, akurat, dan presisi di bidang peroketan. Selain itu, mahasiswa juga belajar membangun roket EDF (Electric-Ducted-Fan) –roket dengan pendorong motor listrik. Kegiatan ini akan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam rancang bangun serta pengujian roket dan muatannya. Kompetisi ini sekaligus meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam teknologi penginderaan jauh dan sistem otomasi robotika pada muatan roket. Dalam kegiatan ini, parapeserta Komurindo meluncurkan muatan roket dan ditopang menggunakan roket yang telah disediakan panitia. Muatan roket yang diluncurkan berisi satelit kecil yang bisa merekam citra permukaan, ketinggian, suhu, serta indikator-indikator lainnya. Roket diluncurkan menggunakan perangkatnya, sedangkan informasi atau data yang ditangkap oleh muatan roketnya akan diterima melalui antena masing-masing tim yang kemudian ditampilkan pada layar komputer. Sementara itu, sejumlah tim lainnya meluncurkan roket EDF untuk dihitung jarak tempuhnya.
Parasiswa SMPN 2 Garut di depan Roket EDF, Santolo Pameungpeuk Garut.
Kombat –Kompetisi Muatan Balon Atmosfer adalah kompetisi untuk mengamati atmosfer dari permukaan bumi dengan menggunakan balon sonde atau radiosonde. Radiosonde  adalah sebuah peralatan yang digunakan pada balon cuaca yang mengukur berbagai parameter atmosfer dan mengirimkan mereka ke penerima tetap. Radiosonde dapat beroperasi pada frekuensi radio 403 MHz atau 1680 MHz dan kedua jenis tersebut dapat disesuaikan sedikit lebih tinggi atau lebih rendah sebagaimana yang diperlukan. Sebuah Rawinsonde adalah Radiosonde yang dirancang untuk hanya mengukur kecepatan dan arah angin. Rawinsonde biasanya disebut juga sebagai Radiosonde. Balon sonde tersebut akan memberikan informasi mengenai parameter-parameter atmosfer, seperti: tekanan udara, ketinggian, posisi geografis (Bujur dan Lintang), temperatur, angin (baik kecepatan angin maupun arah angin), dan kelembaban relatif. Observasi mengenai kondisi atmosfer ini merupakan satu instrumen penting dalam berbagai berbagai penelitian di bidang terkait cuaca dan iklim. Kompetisi Muatan Balon Atmosfer ini berlangsung sejak tahun 2014.
Parapeserta  Komurindo dan Kombat mengikuti kejuaraan tersebut di Lapangan Udara TNI AU serta Balai Produksi dan Pengujian Roket LAPAN Pameungpeuk Garut.
Balon Atmosfer
Radiosonde

LAPAN
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian Indonesia yang melaksanakan tugas pemerintahan dibidang penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya. Empat bidang utama LAPAN yakni: penginderaan jauh, teknologi dirgantara, sains antariksa, dan kebijakan dirgantara. Pada 31 Mei 1962, atas arahan Presiden RI Soekarno, dibentuk Panitia Austronautika oleh Perdana Menteri Ir. H. Juanda –selaku Ketua Dewan Penerbangan RI dan R.J. Salatun –selaku Sekretaris Dewan Penerbangan RI. Untuk mendukung langkah tersebut, pada 22 September 1962 dibentuklah Proyek Roket Ilmiah dan Militer Awal (PRIMA) afiliasi AURI dan Institut Teknologi Bandung. Proyek PRIMA berhasil membuat dan meluncurkan dua roket seri Kartika berikut telemetrinya pada tahun 1964.
Pada 27 November 1963, dibentuklah Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dengan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 236 Tahun 1963 tentang LAPAN, untuk melembagakan penyelenggaraan program-program pembangunan kedirgantaraan nasional. Dalam hal penyempurnaan organisasi LAPAN, telah dikeluarkan beberapa Keppres, dengan yang terkini yakni Keppres Nomor 9 Tahun 2004 tentang Lembaga Non-Kementerian.
LAPAN melalui Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer melakukan aktivitas yang berhubungan dengan pemantauan atmosfer bumi. Aktivitas tersebut, yakni: Pemantauan Iklim Bumi (curah hujan, suhu, dll.); Pemantauan lapisan atmosfer bawah dan permukaan (polusi, hujan asam, dan gas rumah kaca); Pemantauan lapisan atmosfer atas (lapisan ozon, radiasi matahari, dan aerosol pada atmosfer); Pemantauan dampak perubahan iklim dan pemanasan global; serta Kegiatan eksplorasi atmosfer.
Pusat Sains Antariksa melakukan kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas luar angkasa, seperti: Penelitian aktivitas matahari sebagai sumber energi dan gangguan; Penelitian dan pengamatan orbit satelit, gangguan, dan sampah antariksa; Penelitian dan pengamatan benda langit dan benda lainnya di orbit rendah bumi; Penelitian medan magnet antariksa dan pemodelan medan geomagnetik regional; Penelitian aktivitas ionosfer regional dan pemanfaatan gelombang radio; serta Pengembangan instrumentasi dan basis data antariksa.
LAPAN memiliki beberapa fasilitas penting yang tersebar di seluruh Indonesia, untuk mendukung aktivitasnya. Kantor pusat LAPAN terletak di Jalan Pemuda Persil Nomor 1, Rawamangun, Jakarta Timur. Beberapa fasilitas LAPAN lainnya:
1.        Pusat Uji Terbang Roket Pameungpeuk (Garut, Jawa Barat). Pameungpeuk merupakan lokasi utama peluncuran roket-roket yang diujicobakan LAPAN. Di lokasi tersebut juga terdapat Stasiun Pengamat Dirgantara.
2.        Pusat Pengkajian Kebijakan dan Informasi Kedirgantaraan (Cikini, Jakarta Pusat). Pusat ini berlokasi di Jalan Cisadane Nomor 25 Cikini, Jakarta Pusat. Pusat ini terdiri dari bidang pengkajian kebijakan kedirgantaraan internasional, bidang pengkajian kebijakan kedirgantaraan nasional, bidang pengkajian hukum kedirgantaraan dan bidang sistem informasi kedirgantaraan.
3.        Pusat Penginderaan Jauh Pekayon (Pasar Rebo, Jakarta Timur). Kantor Pekayon merupakan kantor Deputi Bidang Penginderaan Jauh LAPAN. Selain itu juga sebagai Pusat Data Inderaja, Pusat Pengembangan Teknologi dan Pemanfaatan Inderaja, dan Pusat Kendali Satelit Cuaca dan Lingkungan LAPAN.
4.        Pusat Antariksa Bandung (Bandung, Jawa Barat). Pusat Antariksa Bandung merupakan kantor Deputi Sains Antariksa dan Dirgantara LAPAN, terdiri dari Pusat Sains Antariksa dan Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer.
5.        Pusat Teknologi Penerbangan & Roket Rumpin (Bogor, Jawa Barat)
6.        Pusat Teknologi Satelit Rancabungur (Bogor, Jawa Barat). Rancabungur merupakan lokasi perakitan satelit pasca-pengembangan LAPAN-TUBSAT. Di lokasi tersebut juga terdapat Pusat Kendali Komunikasi Satelit LAPAN.
7.        Lapangan Eksperimen Tenaga Angin Bulakbaru (Jepara, Jawa Tengah)
8.        Loka Pengamatan Dirgantara Sumedang (Sumedang, Jawa Barat). Diresmikan pada 1975, LPD Tanjungsari melakukan aktifitas pengamatan matahari dan ionosfer. Instalasi yang terdapat di LPD Tanjungsari yakni Teleskop NGT 18 inci, Teleskop Celestron 8 inci, Spektrograf Radio SN 4000, Automatic Weather Station, dan Total Electro Content Meter.
9.        Balai Pengamatan Bumi Watukosek (Surabaya, Jawa Timur) Diresmikan pada 1983, BPD Watukosek melaksanakan kegiatan pengamatan atmosfer, klimatologi, dan aktivitas matahari. Instalasi yang terdapat pada BPD Watukosek antara lain BREWER Spectrometer, DASIBI Land Ozon Monitor, Teleskop Matahari H-alpha, Teleskop Sunspot, dan Balon Stratosfer.
10.    Loka Pengamatan Dirgantara Kototabang (Padang, Sumatera Barat). Diresmikan pada tahun 2001, SPD Kototabang berada pada ketinggian 900 m diatas permukaan laut (dpl). Lokasi ini memiliki beberapa antena untuk pengamatan atmosfer, seperti Radar Atmosfer Ekuatorial (EAR) berfrekuensi 27 MHz, Radiometer, Optical Rain Gauge, X-band Rain Radar, Desdrometer, Celilometer, dan VSAT.
11.    Balai Pengamatan Dirgantara Pontianak (Pontianak, Kalimantan Barat). Diresmikan pada 9 Januari 1986, BPD Pontianak melakukan aktifitas pengamatan atmosfer dan antariksa dengan menggunakan beberapa instalasi penting. Aktifitas tersebut antara lain: Pengamatan ionosfer, dengan instalasi: Ionosonde/CADI, TEC, WinRadio, dan Komrad HF; Pengamatan atmosfer atas, dengan instalasi MF-Radar; Penelitian medan magnet bumi, dengan instalasi MAGDAS-9; Penelitian meteor, dengan instalasi: AWS, M-AWS, dan WPR; serta Penelitian Kimia Atmosfer, dengan instalasi: Ozon Monitor dan CO2 Monitor.
12.    Balai Penginderaan Jauh Parepare (Parepare, Sulawesi Selatan). BPD Parepare beraktivitas dalam lingkup Klimatologi dan Inderaja. BPD ini bertugas sebagai Pusat Kendali Satelit Inderaja LAPAN.
13.    Stasiun Pengamat Dirgantara Manado (Manado, Sulawesi Utara). SPD Manado merupakan stasiun pengamat cuaca atmosfer dengan kerjasama antara LAPAN dengan BMKG.
14.    Stasiun Pengamat Dirgantara Kupang (Kupang, Nusa Tenggara Timur)
15.    Balai Penjejakan dan Kendali Wahana Antariksa Biak (Biak, Papua). BPD Biak merupakan fasilitas LAPAN yang terdiri dari: Stasiun Pengamatan Klimatologi, Pusat Kendali Satelit Cuaca dan Lingkungan, Pusat Kendali Telemetri, Penjelajahan, dan Kontrol Wahana Antariksa (ISRO-LAPAN)



***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar